Monday 24 December 2012

tetap, apapun tafsirmu


Jogjakarta, sebuah pilihan
Oleh: Beeb Zein

Terkadang masih teringat jelas
September 2009...
Ku mulai hariku dengan rasa yang tidak kucipta sebelumnya
Maupun kusangka
Memang tak ada satu pun yang pernah hadir dalam mimpi tidurku
Tiba-tiba, deg.
Kesunyian, keikhlasan, rasa kecukupan, bahkan musisi jalanan
Terlihat menikmati kehidupan
Tak jarang mengajarkan kesungguh-sungguhan
Deg. Gemetar hatiku ingin bermesraan dengan sebuah ketulusan
Meski disebrang sana...
Kemegahan, kemodernisan, kegemerlapan, bahkan ke-lebay-an
Banyak merangsang lahir sebuah ke-egois-an
Ketidak pedulian, juga keangkuhan...
Tapi jangan kahawatir, juga ada potensi ke-dermawan-an..
Walau, hanya satu, dua, mungkin...hehehe...
Sudahlah, mungkin cara hidup satu dengan yang lainnya berbeda
Apalagi aku, yang tak sedikit pun punya hak untuk memihak siapa-siapa
Karena aku sendiri bukan siapa-siapa
Tidak punya kepentingan apa-apa
Kedudukan pun, aku tak ada
Akan ku pilih saja beberapa diantaranya

Jogjakarta, tetangga Endonesia
Ku yakin tetap istimewa
Dengan segala apa adanya

Terserah, apa tafsirmu...


Pak Tomo, Juga Pahlawan 
Karya: Beeb Zein

Dulu..
Pas aku belajar di Madrasah Ibtidaiyah
Guru sejarah ngendiko:
anak-anak kita harus menghargai jasa-jasa para pahlawan, karena merekalah yang telah memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini...
Juga, ketika upacara bendera:
marilah kita mengheningkan cipta untuk para pahlawan yang telah gugur  mendahului kita...

Sebelum bulan november lalu,
Beberapa orang berebut mencetuskan indikator tentang pahlawan
Memilih siapa yang layak jadi pahlawan, bahkan ada embel-embel nasional-nya
Banyak yang saling duduk bersila dan berdiskusi
Lalu berdebat, hingga pada tingkatan eyel-eyelan

aku ko’ yakin
jika beliau-beliau yang sudah mendahului
tidak membutuhkan gelar apapun
termasuk ‘pahlawan nasional’
Karena beliau-beliau ikhlas
Perjuangannya tulus dan murni dari hati
Tidak mengharap imbalan dan tidak mau riya’

Atau jangan-jangan yang berdebat yang ingin cari nama?
Hehehe...

Lebih baik dan indah mungkin
Bersila untuk sibuk mengirim do’a
Meneladani perjuangannya. Mencontoh keikhlasannya.
Meniru pengorbanannya. Bercermin pada pengabdiannya.
Berlandaskan pada kepentingan bangsa. Bukan kepentingan golongan.
Atau invidu.

Layaknya Pak Tomo,
Yang tulus, ikhlas, sungguh-sungguh.
Dan nrimo ing pandum
Yang berjuang ditemani dengan becak tuanya

Bung Karno,
Aku rindu dengan keikhlasan tatkala kau mencucurkan keringatmu untuk lepas dari cengkraman...
Bung Hatta,
Aku rindu dengan sayup-sayup pengabdianmu demi kemerdekaan...
Bung Tomo,
Aku rindu dengan kobaran semangat dan tetesan darahmu untuk teriakan lawan terhadap penindasan...
Pak Tomo,
Aku cemburu dengan ketulusan dan kesungguh-sungguhanmu

Mari mengheningkan cipta!
Semoga Gusti Allah mengampuni dosa-dosa beliau-beliau
terutama dosa-dosa kita.
Ia adalah Al-ghoffur. Amin.