Monday 24 December 2012

Terserah, apa tafsirmu...


Pak Tomo, Juga Pahlawan 
Karya: Beeb Zein

Dulu..
Pas aku belajar di Madrasah Ibtidaiyah
Guru sejarah ngendiko:
anak-anak kita harus menghargai jasa-jasa para pahlawan, karena merekalah yang telah memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini...
Juga, ketika upacara bendera:
marilah kita mengheningkan cipta untuk para pahlawan yang telah gugur  mendahului kita...

Sebelum bulan november lalu,
Beberapa orang berebut mencetuskan indikator tentang pahlawan
Memilih siapa yang layak jadi pahlawan, bahkan ada embel-embel nasional-nya
Banyak yang saling duduk bersila dan berdiskusi
Lalu berdebat, hingga pada tingkatan eyel-eyelan

aku ko’ yakin
jika beliau-beliau yang sudah mendahului
tidak membutuhkan gelar apapun
termasuk ‘pahlawan nasional’
Karena beliau-beliau ikhlas
Perjuangannya tulus dan murni dari hati
Tidak mengharap imbalan dan tidak mau riya’

Atau jangan-jangan yang berdebat yang ingin cari nama?
Hehehe...

Lebih baik dan indah mungkin
Bersila untuk sibuk mengirim do’a
Meneladani perjuangannya. Mencontoh keikhlasannya.
Meniru pengorbanannya. Bercermin pada pengabdiannya.
Berlandaskan pada kepentingan bangsa. Bukan kepentingan golongan.
Atau invidu.

Layaknya Pak Tomo,
Yang tulus, ikhlas, sungguh-sungguh.
Dan nrimo ing pandum
Yang berjuang ditemani dengan becak tuanya

Bung Karno,
Aku rindu dengan keikhlasan tatkala kau mencucurkan keringatmu untuk lepas dari cengkraman...
Bung Hatta,
Aku rindu dengan sayup-sayup pengabdianmu demi kemerdekaan...
Bung Tomo,
Aku rindu dengan kobaran semangat dan tetesan darahmu untuk teriakan lawan terhadap penindasan...
Pak Tomo,
Aku cemburu dengan ketulusan dan kesungguh-sungguhanmu

Mari mengheningkan cipta!
Semoga Gusti Allah mengampuni dosa-dosa beliau-beliau
terutama dosa-dosa kita.
Ia adalah Al-ghoffur. Amin.

1 comment:

Unknown said...

kok pahlawan lek... diakui "uwong" wae wis alhamdulillah, ngono ae. masala'e jaman saiki angel nemu uwong seng bener2 uwong. di arani uwong yo, nyatane....??? ra koyo sejatine uwong