PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang Masalah
Manusia dikenal sebagai makhluq berfikir. Dan hal inilah yang menjadikan
manusia istimewa dibandingkan makhluq lainnya. Kemampuan berpikir atau daya
nalar manusialah yang menyebabkannya mampu mengembangkan pengetahuan. Dia
mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang
buruk, yang indah dan yang jelek. Secara terus menerus manusia diberikan
berbagai pilihan. Dalam melakukan pilihan ini manusia berpegang pada
pengetahuan.
Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama, yaitu:
pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi
dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, kemampuan
berfikir menurut suatu kerangka berfikir tertentu. Kedua faktor diatas sangat
berkaitan erat. Terkadang sebagian manusia begitu sulit untuk mengkomunikasikan
informasi, pengetahuan dan segala yang ingin dikomunikasikannya. Hal ini salah
satunya dikarenakan tidak terstrukturnya kerangka fikir. Kerangka fikir akan
terstruktur ketika obyek dari apa yang ingin dikomunikasikan jelas. Begitupun
ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:
§ Adanya aktifitas berfikir, meneliti dan menganalisa.
§
Adanya metode tertentu dan sistematika tertentu.
§
Adanya obyek tertentu.
Berpikir, meneliti dan menganalisa adalah proses awal dalam memperoleh ilmu
pengetahuan. Dengan berpikir, seseorang sebenarnya tengah menempuh satu langkah
untuk medapatkan pengetahuan yang baru. Aktivitas berpikir akan membuahkan pengetahuan
jika disertai dengan meneliti dan menganalisa secara kritis terhadap suatu
obyek.
Obyek tertentu merupakan syarat mutlak dari suatu ilmu. Karena obyek
inilah yang menentukan langkah-langkah lebih lanjut dalam pengupasan lapangan
ilmu pengetahuan itu. Tanpa adanya obyek tertentu maka dapat dipastikan tidak
akan adanya pembahasan yang mapan.
Metode merupakan hal yang sama pentingnya dalam lapangan ilmu pengetahuan.
Tanpa adanya metode yang teratur dan tertentu, penyelidikan atau pembahasan
kurang dapat dipertanggungjawabkan dari segi keilmuan. Dari segi metode inilah
akan terlihat ilmiah tidaknya suatu penyelidikan atau pembahasan itu.
b. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah
Permasalahan-permasalahan mengenai ilmu pengetahuan sangatlah luas.
Seperti: aktivitas berpikir seperti apakah yang dapat menimbulkan ilmu
pengetahuan? Apakah yang menjadi obyek dalam ilmu pengetahuan? Metode dan
analisis yang bagaimana yang memenuhi standar dapat diterimanya conclusi
seseorang sebagai ilmu pengetahuan? Apakah syarat dapat diterimanya seseorang
sebagai ilmuwan? Dan sebagainya.
Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai apa yang menjadi obyek ilmu
pengetahuan. Penulis akan lebih memfokuskan pembahasan tentang apa yang dimaksud
dengan obyek material dan obyek formal ilmu pengetahuan.
PEMBAHASAN
a.
Manusia dan Ilmu Pengetahuan
Benarkah bahwa semakin kita bertambah cerdas maka semakin pandai kita
menemukan kebenaran? Apakah manusia yang memiliki penalaran tinggi, lalu
makin berbudi, sebab moral mereka dilandasi analisis yang hakiki, ataukah
sebaliknya, makin cerdas maka makin pandai pula kita berdusta?.
Demikianlah beberapa pertanyaan yang diajukan Jujun S Suriasumantri dalam
bukunya: Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Pertanyaan ini beliau
ajukan dalam mukadimahnya mengenai ilmu dan moral.
Tidak bisa dipungkiri, memang, bahwa peradaban manusia sangat berhutang
pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Berkat kemajuan dalam bidang ini, maka
pemenuhan kebutuhan manusia bisa dilakukan secara lebih cepat dan lebih mudah.
Pengetahuan merupakan khazanah kekayaan mental yang secara langsung atau
tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Sukar dibayangkan bagaimana
kehidupan manusia seandainya pengetahuan itu tidak ada, sebab, pengetahuan
merupakan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan.
Tiap jenis pengetahuan pada dasarnya menjawab jenis pertanyaan tertentu yang
diajukan. Oleh sebab itu, agar kita dapat memanfaatkan segenap pengetahuan kita
secara maksimal, maka harus kita ketahui jawaban apa saja yang mungkin bisa
diberikan oleh suatu pengetahuan tertentu. Atau dengan kata lain, perlu kita
ketahui kepada pengetahuan yang mana suatu pertanyaan tertentu harus kita
ajukan. Untuk itulah kita perlu mengetahui apa yang menjadi obyek material dan
obyek formal suatu ilmu pengetahuan.
b. Obyek Material dan Obyek Formal Ilmu Pengetahuan
“No problem, no science”. Ungkapan Archi J Bahm ini seolah sederhana namun
padat akan makna. Dari ungkapan ini kita bisa mengetahui bahwasanya ilmu
pengetahuan muncul dari adanya permasalahan tertentu. Ilmu pengetahuan, menurut
Bahm, diperoleh dari pemecahan suatu masalah keilmuan. Tidak ada masalah,
berarti tidak ada solusi. Tidak ada solusi berarti tidak memperoleh metode yang
tepat dalam memecahkan masalah. Ada metode berarti ada sistematika ilmiah.
Permasalahan merupakan obyek dari ilmu pengetahuan. Permasalahan apa yang
coba dipecahkan atau yang menjadi pokok bahasan, itulah yang disebut obyek.
Dalam arti lain, obyek dimaknai sebagai sesuatu yang merupakan bahan dari
penelitian atau pembentukan pengetahuan.
Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai obyek. Obyek dapat dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu: Obyek material dan obyek formal.
Yang disebut obyek material adalah sasaran material suatu
penyelidikan, pemikiran atau penelitian ilmu. Sedangkan
menurut Surajiyo dkk. obyek material dimaknai dengan suatu bahan yang menjadi
tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan. Obyek material juga berarti
hal yang diselidiki, dipandang atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Obyek
material mencakup apa saja, baik yang konkret maupun yang abstrak,
yang materil maupun yang non-materil. Bisa pula berupa hal-hal,
masalah-masalah, ide-ide, konsep-konsep dan sebagainya. Misal: objek material
dari sosiologi adalah manusia. Contoh lainnya, lapangan dalam logika adalah asas-asas
yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Maka, berpikir
merupakan obyek material logika.
Istilah obyek material sering juga disebut pokok persoalan (subject
matter). Pokok persoalan ini dibedakan atas dua arti, yaitu:
§
Pokok persoalan ini dapat dimaksudkan sebagai bidang
khusus dari penyelidikan faktual. Misalnya: penyelidikan tentang atom termasuk
bidang fisika; penyelidikan tentang chlorophyl termasuk penelitian
bidang botani atau bio-kimia dan sebagainya.
§
Dimaksudkan sebagai suatu kumpulan pertanyaan pokok yang
saling berhubungan. Misalnya: anatomi dan fisiologi keduanya berkaitan dengan
struktur tubuh. Anatomi mempelajari strukturnya sedangkan fisiologi mempelajari
fungsinya. Kedua ilmu tersebut dapat dikatakan memiliki pokok persoalan yang
sama, namun juga dikatakan berbeda. Perbedaaan ini dapat diketahui apabila
dikaitkan dengan corak-corak pertanyaan yang diajukan dan aspek-aspek yang
diselidiki dari tubuh tersebut. Anatomi mempelajari tubuh dalam aspeknya yang
statis, sedangkan fisiologi dalam aspeknya yang dinamis.
Obyek formal adalah
pendekatan-pendekatan secara cermat dan bertahap menurut segi-segi yang
dimiliki obyek materi dan menurut kemampuan seseorang. Obyek formal diartikan
juga sebagai sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu, atau sudut pandang darimana obyek material itu
disorot. Obyek formal suatu ilmu tidak hanya memberikan keutuhan ilmu, tetapi
pada saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang lain. Suatu obyek material
dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga menghasilkan ilmu yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, akan tergambar lingkup suatu pengetahuan
mengenai sesuatu hal menurut segi tertentu. Dengan kata lain, “tujuan
pengetahuan sudah ditentukan.
Misalnya, obyek materialnya adalah “manusia”, kemudian, manusia ini
ditinjau dari sudut pandang yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang
mempelajari manusia, diantaranya: psikologi, antropologi, sosiologi dan
sebagainya.
c.
Implikasi Obyek Material dan Obyek
Formal
Persoalan-persoalan umum (implikasi dari obyek material dan obyek formal)
yang ditemukan dalam bidang ilmu khusus itu antara lain sebagai berikut:
§
Sejauh mana batas-batas atau ruang lingkup yang menjadi
wewenang masing-masing ilmu khusus itu, dari mana ilomu khusus itu dimulai dan
sampai mana harus berhenti.
§
Dimanakah sesungguhnya tempat-tempat ilmu khusus dalam
realitas yang melingkupinya.
§
Metode-metode yang dipakai ilmu tersebut berlakunya
sampai dimana.
§ Apakah persoalan kausalitas (hubungan sebab-akibat yang berlaku dalam ilmu
ke-alam-an juga berlaku juga bagi ilmu-ilmu sosial maupun humaniora.
III. KESIMPULAN
Dewasa ini, corak dan ragam ilmu pengetahuan sangatlah banyak. Corak dan
ragam yang berbeda-beda ini timbul karena adanya perbedaan cara pandang dalam
memahami obyek ilmu pengetahuan.
Obyek ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang merupakan bahan dari penelitian
atau pembentukan pengetahuan. Inti pembahasan atau pokok persoalan dan sasaran
material dalam ilmu pengetahuan sering disebut sebagai obyek material ilmu
pengetahuan. Sedangkan cara pandang atau pendekatan-pendekatan terhadap obyek
material ilmu pengetahuan biasa disebut sebagai obyek formal.
Dari berbeda-bedanya obyek ilmu pengetahuan ini, timbullah ragam dan corak
ilmu pengetahuan. Dengan mengetahui obyek material dan obyek formal ilmu
pengetahuan kita dapat mengetahui bidang keilmuan apakah yang dimungkinkan
dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dan permasalahan yang kita
miliki.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Ahmad. 1999. Psikologi Umum. Bandung:
Pustaka Setia.
Bahm, Archi J. 1980. What is Science?. New Mexico:
Al-buquerque.
Surajiyo, dkk. 2006. Dasar-dasar Logika. Jakarta: Bumi Aksara.
Suhartono, Suparlan. 2004. Dasar-dasar Filsafat. Yogyakarta:
Ar-Ruzz.
Suriasomantri, Jujun S. 1996. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Mustansyir, R dan Munir M. 2003. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Tim Dosen Filsafat UGM. 2003. Filsafat Ilmu: Sebagai Dasar Pengembangan
Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Liberty.
Drs. Surajiyo,. Drs. Sugeng Astanto, M.Si,. Dra. Sri Andiani. Dasar-dasar
Logika. 2006. (Jakarta: Bumi Aksara). Hal: 11.
No comments:
Post a Comment