Wednesday 23 May 2012

KONTRIBUSI PENDIDIKAN DALAM MEMAJUKAN INDONESIA




Hadirnya Kebangkitan Nasional tidak terlepas dari peranan penjajahan Belanda. Yang telah menguras kekayaan alam di nusantara ini. Kebangkitan Nasional timbul akibat dari adanya pendidikan yang dilakukan pemerintahan penjajah. Ini dilakukan akibat adanya tekanan dari dalam negara Belanda tersebut kelompok Humanisme dan Sosialisme. Pihak tersebut berpendapat sepantasnya berterima kasih kepada rakyat jajahan atas jasanya kepada pemerintahan (politik etis) dicetuskan oleh Van de Bosh. Akan tetapi dibalik politik tersebut masih ada kepentingan pemerintah kolonial, seperti pendidikan. Sebenarnya tujuan untuk menjadikan pegawai rendahan kolonial dan hanya untuk orang-orang tertentu/kalangan atas. Dan ternyata harapan pemerintah kolonial lain dengan kenyataan, kini Indonesia telah merdeka.
Pada masa kini hampir di seluruh dunia telah timbul pemikiran baru terhadap status pendidikan, pengetahuan diterima dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat berharga dan benar-benar produktif, sebab pekerjaan produktif pada masa kini adalah pekerjaan yang didasarkan pada akal, bukan pada tangan. Pembentukan orang-orang terdidik karena merupakan pembentukan modal yang paling penting, sebab jumlah, mutu dan terutama pemanfaatnya adalah petunjuk yang paling berarti. Itulah sebabnya hampir di semua negara pada abad ke-20 ini membuat pendidikan sebagai perhatian. Dapat dilihat pada negara kita ini telah diatur tentang APBN dan APBD 30% untuk pendidikan.
Sebab manusia merupakan faktor produksi yang sangat menentukan dalam usaha pembangunan, manusia merupakan agent of development. Karena investasi dalam faktor manusia merupakan suatu keharusan. Mencapai hal itu diperlukan suatu sarana, sarana itu adalah pendidikan. Setiap negara kalau mau maju dan berkembang haruslah membuat supaya pendidikan itu efektif. Pendidikan harus mampu berfungsi mengubah mental yang kolot dan mampu menggalakan inovasi dan mempengaruhi secara kreatif pola dan perilaku masyarakat. Jika suatu bangsa tidak mampu mengembangkan sumber-sumber manusianya, negara itu tidak akan dapat membangun negaranya. Karena itu pengembangan dan pembangunan sumber daya manusia merupakan salah satu syarat penting bagi pembangunan,
Pada negara-negara bekas jajahan, selama dalam belenggu penjajahan hampir semua lapangan kehidupan disesuaikan dengan dan didasarkan pada kepentingan penjajah. Sekolah-sekolah diselenggarakan untuk mempersiapkan penduduk negeri bekerja sebagai juru tulis dan pegawai rendahan. Sesuai dengan keinginan penjajah untuk membuat negara jajahan tetap sebagai penyangga kehidupan dan pembangunan negaranya, maka diusahakan supaya tidak ada keinginan atau dihalangi keinginan untuk merdeka.
Sesudah memperoleh kemerdekaan, pemerintahan negara-negara sedang berkembang ingin memajukan bangsa dan negaranya, termasuk bidang pendidikannya. Namun terbatas karena kemampuan tenaga dan biaya, perhatian utama hanya diberikan pada pembangunan ekonomi. Akibatnya walaupun mereka telah memperoleh kemerdekaan, kurikulum, dan sistem pendidikan yang lama masih tetap berlangsung, maksimal hanya ada perubahan kecil.
Pada sekarang pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara belumlah tercapai. Masih banyak anak-anak yang belum mendapat pendidikan dasar, banyak hal yang mendukung masalah ini. Mulai dari masalah ekonomi sampai soal kesadaran tentang pentingnya pendidikan. Mahal biaya pendidikan menjadikan orang-orang yang tidak mampu tidak bisa sekolah. Mahal biaya dapat diatasi dengan diadakan pendidikan gratis yang telah ditetapkan dibeberapa kabupaten.
Meskipun ada sisi positif dan negatifnya dengan diadakan pendidikan gratis ini. Sisi positif yang orang-orang kelas menengah kebawah bisa ikut sekolah sampai tingkat atas. Sisi negatif dari pendidikan gratis ini anak-anak sekolah dengan mudahnya bolos dalam belajar dengan keluyuran dijalan raya. Setiap kebijakan itu harus ada mengatur agar dapat berjalan sesuai rencana.
Lain lagi dengan kesadaran akan pentingnya pendidikan, pada daerah tertentu misalnya di daerah pinggiran pantai atau pegunungan. Para orang tua lebih suka anaknya bekerja membantu mereka, karena hasilnya akan langsung didapat secara nyata. Sedangkan kalau sekolah hanya mengeluarkan biaya dan memakan waktu lama untuk memperoleh hasilnya. Hanya orang-orang tua yang mengerti akan penting pendidikan dengan senang hati menyuruh anaknya sekolah.
Pada masalah ini guru harus berperan aktif dalam menyadarkan masyarakat yang belum mengerti akan pentingnya pendidikan. Pendidikan adalah untuk masa depan dalam menbangun negara dan mencapai tujuan yang diinginkan oleh para perintis kemerdekaan, yaitu untuk mencapai kesejahteraan seluruh masyarakat dan rakyat Indonesia.
Peran Pendidikan Dalam Membangun SDM

            Perkembangan pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan suatu negara dalam segala aspek, baik Ekonomi, Sosial, Politik, Budaya, Pertahanan keamanan, teknologi dan aaspek yang lainnya. Inilah peran penting dunia pendidikan dalam berkembangnya suatu negara yang ini Negara Republik Indonesia.
Juga dalam membentuk pola pikir, akhlak dan perkembangan teknologi sangat dibutuhkan peran penting Pemerintah dalam mengembangkan dan mendukung proses dan perkembangan pendidikan Nasional yang ada di Republik Indonesia kita tercinta ini. Pola pikir dan akhlak berpengaruh penting dalam hubungan toleransi kehidupan antar RAS dan SARA dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, juga perkembangan teknologi yang kian pesat dari berbagai bidang teknologi, yang juga penting dalam pemanfaatan sumber daya alam dengan menggunakan teknologi yang mutakhir, dan berbagai sektor teknologi yang ada, telekomunikasi, penerbangan , dan lainnya.
Jadi dari segala bidang pendidikan mempunyai peran penting dari setiap bidang pendidikan yang ada. Agama mendidik kerohanian masyarakat, PPKn mendidik moral dan etika, bahasa mendidik tutur kata dan sopan santun dalam berbicara, matematika dan teknik mendidik suatu ilmu pasti dengan logika dan teknologi.

            Tak salah bila disini saya simpulkan bahwa berkembangnya suatu negara sangat berpengaruh pada sumber daya manusianya yang dimana terbentuk dalam dunia pendidikan yang adad baik formal dan nonformal.

Pentinglah kiranya pemerataan pendidikan dalam membentuk SDM yang berkualitas, berakhlak, dan berbudi pekerti yang luhur untuk membangun Negara Republik Indonesia kita tercinta ini.
           
Upaya memajukan pendidikan haruslah didukung oleh masyarakat Indonesia secara menyeluruh dan juga aparat Pemerintah yang berwenang dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional.
           
Kita memang bisa berbangga dengan juaranya duta pendidikan Indonesia dalam kejuaraan Olimpiade Pendidikan Internasional dalam bidang fisika, komputer, dan Biologi dan semoga dunia pendidikan Indonesia bisa lebih berjaya lagi dari prestas-prestasi yang sudah diraih, dan lebih berguna dalam upaya Membangun Negara Republik Indonesia.
            Pengembangan SDM melalui pendidikan menyokong secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi, dan karenanya pengeluaran untuk pendidikan harus dipandang sebagai investasi yang produktif dan tidak semata-mata dilihat sebagai sesuatu yang konsumtif tanpa manfaat balikan yang jelas.
            Sejumlah hubungan telah diuji dalam rangka kesimpulan tersebut. Misalnya studi Bank Dunia mengenai 83 negara sedang berkembang menunjukan bahwa di 10 negara yang mempunyai tingkat pertumbuhan riil tertinggi dari GNP perkapita antara tahun 1960 dan 1977, adalah negara yang tingkat melek hurup pada tahun 1960 rata-rata 16 persen lebih tinggi daripada nehara-negara lain.
            Juga telah digambarkan bahwa investasi dalam bidang pendidikan mempunyai pengaruh langsung terhadap produktivitas individu dan penghasilannya. Kebanyakan bukti berasal dari pertanian. Kajian antara poetani yang berpendidikan dan yang tidak berpendidikan di negara-negara berpendapa tan rendah menunjukan, ketika masukan-masukan seperti pupuk dan bibit unggul tersedia untuk teknik-teknik usaha tani yang lebih baik, hasil tahunan seorang petani yang tidak berpendidikan. Meskipun masukan ini kurang, penghasilan para petani yang berpendidikan tetap lebih tinggi 8 persen, (World Bank, World Development Report, 1980).
            Peranan wanita dalam mengasung dan membesarkan anak begitu pending sehingga membuat pendidikan bagi anak perempuan menjadi sangat berarti. Studi-studi menunjukan adanya orelasi signifikan antara tingkat pendidikan ibu dan status gizi anaknya dan angka harapan hidup. Lebih jauh, manfaat kesehatan dan gizi yang lebih baik dan tingkat fertilitas yang lebih rendah yang diakibatkan oleh investasi-investasi lainnya dalam sektor pembangunan lainnya.
            Sebuah studi lain oleh dilakukan untuk Bank Dunia dan disajikan dalam World Development Report 1980 menguji perkiraan tingkat pengembalian ekonomi (rate of return) terhadap investasi dalam bidnag pendidikan di 44 negara sedang berkembang. Disimpulkan bahwa nilai manfaat balikan semua tingkat pendidikan berada jauh diatas 10 persen.
            Berbagai penelitian lainnya relatif selalu menunjukan bahwa nilai balikan modal manusia lebih besar daripada modal fisik. Tidak ada negara di dunia yang mengalami kemajuan pesat dengan dukungan SDM yang rendah pendidikannya. Jadi kalau kita mengharapkan kemajuan pembangunan dengan tidak menjadikan modal manusia (sektor pendidikan) sebagai prasyarat utama, maka sama dengan “si pungguk merindukan bulan”.

            Potensi-potensi kebaikan yang kini mengalami defisit perlu dikembangkan aktualisasinya antara lain kemampuan berusaha, kesediaan menerima kenyataan, kemandirian, berpendirian, rasa bebas yang bertanggung jawab, kejujuran, kepedulian terhadap sesama, kemandirian, toleransi, rendah hati, tenggang rasa, kemampuan bekerja sama, kesanggupan melaksanakan kewajiban sebagai keniscayaan, dan menghormati hak oranglain. 
            Pengalaman dari bangsa-bangsa di dunia telah membuktikan, bahwa kemajuan dan peradaban sebuah bangsa tidak ditentukan oleh besarnya kekayaan alam atau jumlah penduduk. Tetapi ditentukan oleh kemampuan bangsa tersebut menyiapkan sumber daya manusia melalui sistem pendidikan yang baik. Ketersediaan SDM berkualitas ternyata lebih utama daripada sekadar memiliki kekayaan alam yang melimpah.
            Tengoklah Vietnam, usai perang dengan AS, kini melaju sebagai kekuatan ekonomi baru di kawasan ASEAN melalui revolusi pendidikan. Kemajuan modernisasi Cina Sejak 1970-an di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping juga berkat upaya memajukan anak-anak belajar ke seluruh penjuru dunia. Bagaimana Indonesia? Semestinya kita bisa belajar dari keberhasilan bangsa lain.
Demikian signifikannya peran pendidikan dalam pembangunan sehingga dimasukkan sebagai salah satu penentu Indeks Pembangunan Manusia. Tiga komposit IPM di suatu negara dapat dilihat dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu lamanya hidup, pendidikan, dan standar hidup yang layak. Ketiganya diukur dengan angka harapan hidup, pencapaian pendidikan, dan pendapatan per kapita yang telah disesuaikan menjadi paritas daya beli. 

            Berkenaan dengan parameter makro berupa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2006 hanya meningkat 0,71 poin atau menurun dibandingkan 2005 (0,99). IPM Jabar pada tahun 2006 hanya 70,05 dari target 75,60, ini harus menjadi perhatian karena target IPM 80 pada tahun 2010 hanya mempunyai waktu 3 tahun lagi. 
Pendidikan memungkinkan berubahnya potensi manusia menjadi aksidensi dari naluri menjadi nurani. Manusia menjadi sumber daya atau modal utama pembangunan yang manusiawi. Pendidikan mempunyai tugas mulia menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Ingat, zaman beralih musim bertukar.        
Demikian juga, perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru, yang tidak semuanya dapat diprediksikan sebelumnya. Konsekuensi, pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-masalah baru yang kompleks dan terus berkembang. Pertama, karena sifat sasarannya yaitu manusia sebagai makhluk misteri. Kedua, karena usaha pendidikan harus mengantisipasi ke hari depan yang tidak segenap seginya terjangkau oleh kemampuan daya ramal manusia. Ketiga, perubahan selalu terjadi secara cepat dan tak menentu. 
            Masalah krusial pendidikan merupakan persoalan nasional karena berhubungan dengan ekspektasi (harapan) masa depan bangsa. Pergeseran masyarakat Indonesia dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, tentunya mengubah pula pola pikir dan perilaku yang dilandasi situasi dan kondisi tersebut. Dan pendidikan harus berperan mempersiapkannya. 
            Kita menyadari, bahwa pendidikan sebagai upaya yang bulat dan menyeluruh hasilnya tidak segera dapat dilihat. Ada jarak penantian yang terentang panjang antara dimulainya proses usaha dengan tercapainya hasil. Itulah sebabnya, pemerintah dan pihak lainnya terkesan bersifat setengah hati dalam pembangunan pendidikan. Kebijakan yang pragmatis dan bersifat jangka pendek terlihat lebih dominan dan mengerdilkan prioritas pendidikan.
            Untuk dapat menyongsong suasana hidup yang diperlukan itu, sistem pendidikan mesti berubah. Struktur, kurikulum, pengelolaan, dan standar pendidikan nasional lainnya mau tidak mau harus menyesuaikan dengan tuntutan baru tersebut. Sayang sekali, kebijakan tambal sulam yang bercorak kasuistik tanpa disertai analisis dan pemikiran yang mendalam kerap dilakukan. 
            Pada dasarnya berbagai persoalan yang membuat ruwetnya dunia pendidikan kita berpangkal pada kesalahan paradigma dalam proses penyelenggaraan dan pembangunan dunia pendidikan di Indonesia. Kesalahan itu tampak pada tiga hal elementer. Pertama, ketidakjelasan visi pemerintah dalam membenahi pendidikan nasional dan kekeliruan strategi yang dikembangkannya. Kedua, penanganan pendidikan yang tidak konsisten oleh orang-orang yang kurang memahami pendidikan. Ketiga, pendekatan sekularistik lebih dominan dalam pengelolaan pendidikan. Untuk itu, perlu pendekatan integratif dengan mengubah paradigma dan unsur-unsur pokok yang menopang tegaknya sistem pendidikan. Dengan demikian, pendidikan akan memenuhi hakikat tujuannya, baik dalam konteks individu, masyarakat maupun negara. Wallahu alam.

No comments: