Wednesday 23 May 2012

PERUBAHAN SOSIAL


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Setiap masyarakat manusia selama hidupnya  pasti mengalami perubahan baik kearah yang positive maupun negative, perubahan yang tidak mencolok maupun perubahan memiiki pengaruh yang sempit maupun luas, dan perubahan yang cepat maupun lambat. Dan prubahan-perubahan tersebut dapat ditemukan dengan cara meneliti suatu susunan dan kehidupan suatu masyarakat ada suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan dan kehidupan masyarakat tersebut di masa lampau.
Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan masyarakatan, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dll. Dan perubahan-perubahan tersebut tidak semata-mata berarti suatu kemajuan namun dapat pula berarti kemunduran dari bidang-bidang kehidupan tertentu bahkan kehancuran.
Perubahan-perubahan yang terjadi  dewasa ini merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya dapat menjalar dengan cepat kebagian-bagian wilayah maupun Negara lain berkat adanya sarana komunikasi yang terus semakin berkembang dan modern. Dan perubahan dalam masyarakat telah ada sejak zaman terdahulu. Akan tetpi berlangsung lebih lambat dibandingkan dengan sekarang. Sekarang ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepat sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya, yang sering berjalan dengan konstan. Ia memang terikat oleh waktu dan tempat. Akan tetapi, karena sifatnya yang berantai, prubahan terlihat berlangsung terus, walau diselingi keadaan dimana masyarakat mengadakan reorganisasi unsure-unsur struktur masyarakat yang terkena perubahan. Sesuatu hal terjadi tidak secara tiba-tiba, melainkan merupakan kesinambungan dari kejadian-kejadian yang mendahuluinya.

B.     Rumusan Masalah
1.    Bagaimana  definisi perubahan sosial?
2.    Bagaimana factor-faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi terjadinya perubahan sosial?
3.    Bagaimanakah pola dan teori perubahan sosial?
C.    Tujuan
1.    Untuk memahami apa itu perubahan sosial dan factor apa yang menyebabkan dan mempengaruhi perubahan sosial serta aspek-aspeknya.
2.    Untuk memahami pola-pola terjadinya perubahan sosial
3.    Untuk memahami teori-teori perubahan sosial
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Perubahan Sosial
Kebanyakan difinisi membicarakan perubahan dalam arti yang sangat luas. Untuk itu perlu adanya pembatasan dan ruang lingkup perubahan sosial supaya tidak menimbulkan kekaburan sebagai mana diungkapkan oleh William F. Ogburn.

Adapun definisi perubahan sosial menurut para ahli sebagaiman berikut:
Kingsley Davis, perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. (Human Society)
 Maclver, perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan dalam hubungan sosial (social relationship) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial. (Society, an Introductory Analysis )
Samuel Koening, perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi gegrafis, kebudayaan materil, komposisi penduduk, ideology, maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemun  baru dalam masyarakat. Secara singkatnya perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia yang terjadi karena sebab-sebab intern maupun ekstern. (Mand and Society)
Selo soemarjan, perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk di dalam nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di dalam kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Dari definisi yang dikemukakan para ahli dapatlah ditarik kesimpulan bahwa perubahan sosial dipandang sebagai konsep yang serba mencakup, yang menunjuk pada perubahan fenomena sosial di berbagai tingkat kehidupan manusia, mulai dari tingkat individual hingga tingkat dunia. Perubahan sikap sama pentingnya dan sama logisnya dengan perubahan institusional, yang perlu diperhatikan adalah perubahan penting pada tingkat tertentu tapi tidak harus penting pada tingkat yang lain. Perubahan sikap mungkin mencerminkan perubahan hubungan antar individu, antar organisasi atau antar instansi, tetapi mungkin pula tidak.

B.       Teori-teori Perubahan Sosial
Para ahli filsafat, ahli sosial, maupun ahli ekonomi telah mencoba merumuskan prinsip-prinsip dasar peubahan sosial. Dan mereka berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya perubahan sosial merupakan gejala wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia. Perubahan sosial terjadi karena perubahan usur-unsur (kondisi-kondisi sosial primer) yang mempertahankan keseimbangan masyarakat dan bersifat periodic maupun non periodic.
Perkembangan masyarakat seringkali dianalogikan seperti halnya proses evolusi. suatu proses perubahan yang berlangsung sangat lambat. Pemikiran ini sangat dipengaruhi oleh hasil-hasil penemuan ilmu biologi, yang memang telah berkembang dengan pesatnya. Peletak dasar pemikiran perubahan sosial sebagai suatu bentuk “evolusi” antara lain Herbert Spencer dan Augus Comte. Keduanya memiliki pandangan tentang perubahan yang terjadi pada suatu masyarakat dalam bentuk perkembangan yang linear menuju ke arah yang positif. Perubahan sosial menurut pandangan mereka berjalan lambat namun menuju suatu bentuk “kesempurnaan” masyarakat.
Pemikiran Spencer sangat dipengaruhi oleh ahli biologi pencetus ide evolusi sebagai proses seleksi alam, Charles Darwin, dengan menunjukkan bahwa perubahan sosial juga adalah proses seleksi. Masyarakat berkembang dengan paradigma Darwinian: ada proses seleksi di dalam masyarakat kita atas individu-individunya. Spencer menganalogikan masyarakat sebagai layaknya perkembangan mahkluk hidup. Manusia dan masyarakat termasuk didalamnya kebudayaan mengalami perkembangan secara bertahap. Mula-mula berasal dari bentuk yang sederhana kemudian berkembang dalam bentuk yang lebih kompleks menuju tahap akhir yang sempurna.[1]
Seperti halnya Spencer, pemikiran Comte sangat dipengaruhi oleh pemikiran ilmu alam. Pemikiran Comte yang dikenal dengan aliran positivisme, memandang bahwa masyarakat harus menjalani berbagai tahap evolusi yang pada masing-masing tahap tersebut dihubungkan dengan pola pemikiran tertentu. Selanjutnya Comte menjelaskan bahwa setiap kemunculan tahap baru akan diawali dengan pertentangan antara pemikiran tradisional dan pemikiran yang berdifat progresif. Sebagaimana Spencer yang menggunakan analogi perkembangan mahkluk hidup, Comte menyatakan bahwa dengan adanya pembagian kerja, masyarakat akan menjadi semakin kompleks, terdeferiansi dan terspesialisasi.
Berbeda dengan Spencer dan Comte yang menggunakan konsepsi optimisme, Oswald Spengler cenderung ke arah pesimisme. Menurut Spengler, kehidupan manusia pada dasarnya merupakan suatu rangkaian yang tidak pernah berakhir dengan pasang surut. seperti halnya kehidupan organisme yang mempunyai suatu siklus mulai dari kelahiran, masa anak-anak, dewasa, masa tua dan kematian. Perkembangan pada masyarakat merupakan siklus yang terus akan berulang dan tidak berarti kumulatif.
 Teori-teori terus berkembang dengan pesatnya. Talcott Parsons melahirkan teori fungsional tentang perubahan. Seperti para pendahulunya, Parsons juga menganalogikan perubahan sosial pada masyarakat seperti halnya pertumbuhan pada mahkluk hidup. Komponen utama pemikiran Parsons adalah adanya proses diferensiasi. Parsons berasumsi bahwa setiap masyarakat tersusun dari sekumpulan subsistem yang berbeda berdasarkan strukturnya maupun berdasarkan makna fungsionalnya bagi masyarakat yang lebih luas. Ketika masyarakat berubah, umumnya masyarakat tersebut akan tumbuh dengan kemampuan yang lebih baik untuk menanggulangi permasalahan hidupnya. Dapat dikatakan Parsons termasuk dalam golongan yang memandang optimis sebuah proses perubahan.
Bahasan tentang struktural fungsional Parsons ini akan diawali dengan empat fungsi yang penting untuk semua sistem tindakan. Suatu fungsu adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan pada pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Parsons menyampaikan empat fungsi yang harus dimiliki oleh sebuah sistem agar mampu bertahan, yaitu :
   1. Adaptasi, sebuah sistem hatus mampu menanggulangu situasi eksternal yang gawat. Sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
   2. Pencapaian, sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
   3. Integrasi, sebuah sistem harus mengatur hubungan antar bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus dapat mengelola hubungan antara ketiga fungsi penting lainnya.
   4. Pemeliharaan pola, sebuah sistem harus melengkapi, memelihara dan memperbaiki motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi.
            Francesca Cancian memberikan sumbangan pemikiran bahwa sistem sosial merupakan sebuah model dengan persamaan tertentu. Analogi yang dikembangkan didasarkan pula oleh ilmu alam, sesuatu yang sama dengan para pendahulunya. Model ini mempunyai beberapa variabel yang membentuk sebuah fungsi. Penggunaan model sederhana ini tidak akan mampu memprediksi perubahan atau keseimbangan yang akan terjadi, kecuali kita dapat mengetahui sebagaian variabel pada masa depan. Dalam sebuah sistem yang deterministik, seperti yang disampaikan oleh Nagel, keadaan dari sebuah sistem pada suatu waktu tertentu merupakan fungsi dari keadaan tersebut beberapa waktu lampau.
            Teori struktural fungsional mengansumsikan bahwa masyarakat merupakan sebuah sistem yang terdiri dari berbagai bagian atau subsistem yang saling berhubungan. Bagian-bagian tersebut berfungsi dalam segala kegiatan yang dapat meningkatkan kelangsungan hidup dari sistem. Fokus utama dari berbagai pemikir teori fungsionalisme adalah untuk mendefinisikan kegiatan yang dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan hidup sistem sosial. Terdapat beberapa bagian dari sistem sosial yang perlu dijadikan fokus perhatian, antara lain ; faktor individu, proses sosialisasi, sistem ekonomi, pembagian kerja dan nilai atau norma yang berlaku.
            Pemikir fungsionalis menegaskan bahwa perubahan diawali oleh tekanan-tekanan kemudian terjadi integrasi dan berakhir pada titik keseimbangan yang selalu berlangsung tidak sempurna. Artinya teori ini melihat adanya ketidakseimbangan yang abadi yang akan berlangsung seperti sebuah siklus untuk mewujudkan keseimbangan baru. Variabel yang menjadi perhatian teori ini adalah struktur sosial serta berbagai dinamikanya.  Penyebab perubahan dapat berasal dari dalam maupun dari luar sistem sosial.
            Menurut teori modernisasi bahwa Negara-negara terbelakang akan menempuh jalan sama dengan Negara industri maju dibarat, sehingga kemudian akan menjadi Negara berkembang pula melalui proses modernisasi. Teori ini beranggapan bahwa masyarakat yang belum berkembang perlu mengatasi berbagi kekurangan dan masalahnya sehingga dapat mencapai tahap “tinggal landas” kea rah perkembangan ekonomi. Menurut Etzioni-Halevy dan Etzioni Trasnsisi dari keadaan tradisional menuju modernitas melibatkan revolusi demografi.[2]
            Menurut teori ketergantungan yang didasarkan pada pengalaman negra-negara amerika latin, perkembangan dunia tidak merata. Negara-negara industry menduduki posisi dominan sedangkan Negara-negara dunia ke-3 secara ekonomis tergantung padanya. Perkembangan Negara industry dan Negara dunia ketiga ,menurut teori ini berjalan bersamaa: dikala Negara-negara industry mengalami perkembangan , maka Negara-negara dunia ke-3 yang mengalami kolonialisme dan neo kolonialisme akan semakin terbelakang.
            Menurut Immanuel Wallesrtein pada teorinya perekonomian kapitalis dunia kini tersusun atas 3 jenjang: Negara inti, Negara semi pariferi, dan Negara pariferi. Negara inti adalah Negara yang mendominasi sedangakn Negara semi pariferi merupakan Negara yang mengadakan hubungan dengan Negara inti, dan Negara pariferi merupakan Negara yang terbelakang dan dimanfaatkan oleh Negara-negara inti.

C.      Faktor-faktor  yang Menyebabkan Perubahan
1.    Factor  internal:
a.    Bertambah atau berkurangnya penduduk
Pertambahan penduduk pada suatu tempat akan menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat, misalnya lembaga kemasyarakatannya sebagaiman yang terjadi di pulau jawa. Dan berkurangnya penduduk mungkin disebabkan berpindahnya penduduk dari suatu tempat ketempat lain atau kematian. Dan kedua hal itu sangat berpengaruh akan terjadinya perubahan penduduk.

b.    Penemuan-penemuan baru
Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar yang berlangsung dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama akan menghasilkan suatu penemuan-penemuan baru (innovation). Dan penemuan-penemuan tersebut mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan.
Dalam innovation terdapat tahapan. Tahap pertama adalah discovery, penemuan unsur kebudayaan baru baik berupa alat maupun berupa gagasan yang diciptakan oleh seseorang individu maupun serangkaian ciptaan para individu. Dan tahap yang kedua adalah invention. Discovery akan menjadi invention apabila masyarakat sudah mengakui, menerima, atau menerapkan penemuan baru tersebut. Dan seringkali proses tersebut membutuhkan suatu rangkaian pencipta-pencipta.[3] Misalnya penemuan bolam lampu merujuk pada penemuan listrik dan seterusnya. Dan penemuan-penemuan baru tersebut akan mempengaruhi kehidupan manusia baik penemuan berbentuk gagasan maupun benda.

c.    Pertentangan (conflict) mayarakat
Pertentangan atau  konflik mungkin pula menjadi sebab perubahan sosial. Pertentangan-pertentangan mungkin terjadi antar individu, antar kelompok maupun antara individu dan kelompok. Dan pada umumnya manusia hidup secara kelompok atau kolektif, dan tidak bisa dipungkiri akan adanya kepentingan dalam individu maupun kelompok tertenu yang dapat menimbulkan pertentangan yang menyebabkan perubahan-perubahan sosial.

d.   Terjadinya pemberontakan atau revolusi

2.    Factor  eksternal:
a.    Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada disekitar manusia
Terjadinya bencana alam mungkin yang mendiami  daerah-daerah tersebut akan terpaksa mengungsi dan terjadi guncangan mental yang menyebabkan tarauma. Dan masyarakat yang mengalami hal tersebut harus menyesuaikan diri dengan keadaan mereka yang baru.  dan kemungkinan hal tersebut akan terjadi perubahan-perubahan dalam sector lembaga-lembaga kemasyarakatannya.
b.    Peperangan
Perperangan antar Negara maupun antar suku dll dapat pula menyebabkan peubahan-perubahan dikarenakan biasana yang menang akan mempunyai kekuasaan yang memegang hak-hak yang kalah dengan berbagai kebijakannya.
c.    Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Hubungan antar fisik maupun non fisik antara masyarakat data menimbulkan pengaruh timbal balik. Artinya masing-masing dapat mepengaruhi antar satu sama lain.
Akan tetapi jikalau pengaruh tersebut dipakasakan dari yang satu ke lainnya tanpa adanya kesmpatan memberikan pengaruh timbal balik akan menghasilkan demonstration effect. Dan tidak semua pertemuan saling memberikan timbala balik. Kadang kala pertemuan dua kebudayaan yang seimbang akan saling menolak (cultural animosity). Dan apabila salah satu kebudayaan memilikitaraf tekhnologi lebih tinggi akan timbul proses imitasi (peniruan terhadap unsure-unsur kebudayaan lain).

D.    Factor-faktor  yang  Mempengaruhi Jalannya Perubahan
1.    Factor-faktor yang mendorong jalannya proses perubahan
a.    Kontak dengan kebudayaan lain
Kontak ini diawali dengan terjadinya difusion (proses penyebaran unsure-unsur dari individu kepada individu lain) yang man dari proses tersebut manusia mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan dan disebar luaskan sehingga umat manusia dapat menikmati kegunaannya.
b.    System pendidikan formal yang maju
Pendidikan merupakan sumber nilai-nilai tertentu yang dapat membuka pikran manusia serta menerima hal-hal baru dan berpikir secara ilmiah. Sehingga manusia kan dapat berpikir secara objektiv, berpikir dan menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan zaman atau tidak.
c.    Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju
Sikap tersebut akan mendorong manusia untuk terus berkaraya dan menemukan hal-hal yang baru.
d.   Toleransi terhadap hal-hal yang menyimpang (deviation).
e.    System terbuka lapisan masyarakat (open stratifvication)
System terbuka memungkinkan adanya ruang gerak secara vertical yang luas dalam artian para individu diberi kesempatan untuk maju atas dasar kemampuannya sendiri.

f.     Penduduk yang heterogen
g.    Ketidak puasan masyarakat pada bidang-bidang tertentu
h.    Nilai bahwa masyarakat harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya.

2.    Factor-faktor yang menghalangi terjadinya perubahan
a.    Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
Kehidupan terasing akan menghambat masyarakat untuk mengetahui perkembangan-perkembangan yang terjadi lain yang mungkin akan membawa masyarakat tersebut untuk lebih maju.
b.    Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
c.    Sikap masyarakat yang tradisional
Sikap fanatic atau mengagungkan tradisi dan masa lampau menutup dirinya dari perubahan-perubahan atau hal-hal baru akan menghambat lajunya perkembangan masyarakat tersebut, terlebih lagi jika dijajah oleh kaum konservativ.
d.   Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat (vested interest)
e.    Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan
f.     Prasangka pada hal-hal baru (tertutup)
g.    Hambatan yang bersifat ideologis
Terkadang perubahan atau hal-hal baru akan bertentangan dengan pemahaman ideologis masyarakat tertentu dan memungkinkan mereka untuk menolaknya.
h.    Adat atau kebiasaan
i.      Nila bahwa hakikat hidup ini adalah buruk dan tidak dapat diperbaiki lagi

E.     Pola Perubahan  Sosial
1.    Perubahan lambat dan perubahan cepat
Perubahan-perubahan yang memerlukan waktu lama, dan rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat (evolusi)  terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan serta kondisi yang baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.


Teori-teori  evolusi:
a.    Unilinear theories of evolution
Manusia dan masyarakat mengalami pekembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, bermula dari bentuk yang sederhana kemudian bentuk yang kompleks sampai pada tahap yang sempurna.
b.    Universal theory of evolution
Perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi tertentu.
c.    Multilined theory of evolution
Teori ini lebih menekankan pada penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat.
   Sementara itu  perubahan-perubahan sosial yang berlangsung sangat cepat dan menyangkut dasar-dasar pokok kehidupan masyarakat dinamakan revolusi. Dan revolusi dapat terjadi dengan perencanaan terlebih dahulu maupun tidak.
Syarat terjadinya revolusi sebagaimana berikut:
a.    Adanya keinginan umum untuk mengadakan sesuatu perubahan.
b.    Adanya seeorang pemimpin.
c.    Adanya seorang pemimpin yang dapat menampung keinginan-keinginan masyarakat untuk kemudian dirumuskan serta menegaskan rasa tidak puas tadi menjadi program dan arah gerakan.
d.   Pemimpin tersebut harus dapat menunjukan suatu tujuan pada masyrakat.
e.    Harus ada momentum.

2.    Perubahan kecil dan perubahan besar
Perubahan kecil merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada unsure-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti pada masyarakat. Misalnya perubahan mode pakaian. Sebaliknya perubahan besar adalah perubahan-perubahan yang terjadi yang mebawa pengaruh besar pada masyarakat. Misalnya revolusi industry.

3.    Perubahan yang dikehendaki (intended-change) atau perubahan yang direncanakan (planed-change) dan perubahan yang tidak dikehendaki (unintended-change) atau perubahan yang tidak direncanakan (unplanned-change)
Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang mengnginkan perubahan di dalam masyarakat (agent of change). Agent of change memimpin masyarakat dalam mengubah system sosial dan langsung tersangkut dalam tekanan-tekanan dalam perubahan.
Perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan merupakan perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung di luar pengawasan masyarakat dan dapat menimbulkan akibat-akibat sosial yang tidak diinginkan.

4.    Pola linier dan siklus
Pola linier menurut August Comte, kemajuan progresif peradaban manusia selalu mengikuti suatu jalan yang alami, pasti, sama, dan tak terelakkan. Dalam teorinya “hukum 3 tahap”, Comte mengemukakan bahwa sejarah mengungkapkan adanya 3 tahapnyang dilalui peradaban.
a.    Tahap pertama, tahap teologis dan militer, semua hubungan sosial bersifat militer, masyarakat senantiasa bertujuan menundukkan masyarakat lain.
b.    Tahap kedua, metafisik dan yuridis, tahap yang menjembatani antara tahap militer dan tahap industry.
c.    Tahap terakhir, tahap ilmu pegetahuan dan  industry. Industry mendominasi hubungan sosial dan produksi menjadi tujuan utama masyarakat.
Menurut Sepencer perubahan struktur diikuti oleh perubahan fugsi dan berkembang secara evolusioner.
Pola siklus, masyarakat berkembang laksana roda: kadang kala naik dan kadang kala turun. Suatu kebudayaan akan tumbuh berkembang dan akan runtuh memudar beriringan dengan gelombang yang menerpanya

F.   Proses Perubahan Sosial
1.    Penyesuaian masyarakat terhadap perubahan
setiap manusia bisa dipastikan menginginkan adanya keserasian dan keberagaman. Yang dimaksudkan keseraian disini adalah sebagai suatu keadaan dimana  lemabaga-lembaga kemasayarakatan yang pokok seperti keluarga benar-benar berfungsi dan saling mengisi, sehingga individu secara psikologis merasakan ketentraman karena tidak adanya pertentangan dalam norma-norma maupun nilai-nilai.
Dan seringkali terjadi gangguan terhadap keserasian tersebut, masyarakat dapat menolaknya atau merubah susunan lembaga-lembaga kemasyarakatannyadengan maksud menerima unsur baru. dan kadang kala apabila unsure baru tersebut dapat berpengaruh kuat dan bertentangan, masyarakat akan mengalami guncangan. Dan untuk itu diperlukan (adjustment) penyesuaian untuk menghadapinya. Dan apabila masyarakat tersebut menolak atau melawan kemungkinan akan mengakibatkan terjadinya anomie.

2.    Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan
saluran-saluran perubahan sosial merupakan saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan. Pada umumnya saluran tersebut merupakan lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama,dll.[4] Lembaga kemasyarakatan tersebut merupakan titik tolak, tergantung pada cultural focus masyarakat pada suatu saat tertentu.
Lembaga kemasyarakatan yang suatu waktu mendapatkan penilaian tertinggi dari masyarakat cenderung menjadi saluran utama perubahan sosial. Perubahan lembaga masyarakat tersebut akan berakibat pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang lain karena lembaga kemasyarakatan merupakan system yang terintegrasi.

3.    Disorganisasi (Disintegrasi) dan reorganisasi (reintegrasi)
organisasi merupakan artikulasi dari bagian-bagian yang merupakan suatu kesatuan fungsi. Dan apabila pada salah satu bagian tidak berfungsi akan timbul ketidak serasian (disorganisasi). Suatu disorganisasi dalam masyarakat mungkin dapat dirumuskan sebagai suatu proses berpudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat karena perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.
 reorganisasi merupakan proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai baru agar serasi dengan lembaga-lembaga masyarakat yang telah mengalami perubahan. Tahap ini dilaksanakan apabila norma-norma dan nilai-nilai yang baru telah melembaga dalam diri warga masyarakat.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
perubahan sosial dipandang sebagai konsep yang serba mencakup, yang menunjuk pada perubahan fenomena sosial di berbagai tingkat kehidupan manusia, mulai dari tingkat individual hingga tingkat dunia. Dan perubahan sosial merupakan fakta yang dibuktikan dengan adanya gejala-gejala sosial seperti de-personalisasi, pertentangan-pertentangan dll yang dapat mempengaruhi kehidupan dalam masyarakat baik pengaruh kecil maupun menyeluruh. Perubahan sosial tidak hanya menunjukan perubahan kea rah yang positive saja melainkan juga  dapat berarti kemunduran.
Pada intinya perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang merupakan inti dari kehidupan mempertahankan persatuan kehidupan bermasyarakat yang dipengaruhi oleh factor-faktor tertentu. Dan perubahan-perubahan tersebut dapat berupa perubahan yang lambat maupun cepat, perubahan kecil maupun besar, dan perubahan yang dikehendaki maupun yang tidak dikehendaki.
Dalam proses perubahan sosial masyarakat yang pada awalnya hidup dalam keseragaman akan mendapat suatu iovasi atau perubahan baik dari dalam maupun dari luar akan merasa terguncang, untuk itu perlu adanya penyesuaian diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi agar terarah kepada kemajuan. Dan Pada umumnya perubahan-perubahan sosial melalui  lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama,dll.




DAFTAR PUSTAKA
1.      Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi suatu pengantar.  Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
2.      Susanto, Astrid. 1979. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung: Penerbit Binacipta
3.      Polak, Maijor. 1982. Sosiologi Suatu Buku Pengantar Ringkas. Jakarta: PT Ichtiar Baru
4.      Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi. Jakarta: FEUI
Salim, Agus. 2002. Perubahan Sosial. Jogja: PT. Tiara W


[1] www.google.com by Slamet Widodo Category Psikologi Sosial
[2] Kamanto, Sumarto, Pengantar Sosiologi , Jakarta, FEUI, 2000, hlm.217-218
[3] Soerjono soekanto, sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, RAJAWALI PRES, 2009, hlm. 276
[4] Ibid,. hlm. 290

No comments: