PERSEPSI
PENDAHULUAN
Sensasi (sensation) berasal dari kata latin “sensatus”
yang berarti di anugrahi dengan indera atau intelek. Secara lebih luas sensasi
dapat diartikan sebagai aspek kesadaran yang paling sederhana yang dihasilkan
oleh indera kita. Sebuah sensasi dipandang sebagai sebuah kandungan atau objek
kesadaran puncak yang privat dan sepontan.
Bennyamin B. Wolman (1973, dalam rakhmat, 1994)
menyebut sensasi sebagai “pengalaman elementer yang segera, yang tidak
memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali
berhubungan dengan kegiatan alat indera”.
Sensasi sering dibedakan dari persepsi yang melibatkan
penilaian, inferensi, interprestasi, blas, atau prakonseptualisasi, sehingga
bisa salah; sensasi dipandang sebagai pasti, ditentukan secara mendasar, fakta
kasar. Menurut beberapa pendapat sensasi lebih berkonotasi pada sebuah hubungan
dengan perasaan (tetapi bukan dengan emosi), sedangkan persepsi lebih
berhubungan dengan kognisi. Sensasi sering di gunakan dalam sinonim dengan
kesan inderawi, sensasi datum, sensum, dan sensibilitum.
Jadi proses sensasi dan presepsi itu berbeda. Dalam
ungkapan lain di sebutkan, “sensasi ialah penerimaan stimulus lewat alat
indera, sedangkan persepsi adalah penafsiran stimulus yang telah ada di dalam
otak”. (Mahmud, 1990:41). Meskipun alat untuk menerima stimulus itu serupa pada
setiap individu, interprestasinya berbeda.
Untuk membedakan yang dimaksud sensasi dan persepsi
secara lebih jelas, kita bisa membandingkan potret sebuah pemandangan dengan
lukisan pemandangan. Potret itu berupa pemandangan, sebagaimana yang di terima
alat indera. Sedangkan lukisan pemandangan bergantung pada interprestasinya
pelukis. Dengan perkataan lain, mata “menerima”, sedangkan pikiran memperspsi.
- Pengertian Persepsi
Persepsi Merupakan suatu proses yang di dahului oleh
pengindraan yang merupakan proses di terimanya stimulus oleh individu melalui
alat indra atau juga di sebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti
begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya
merupakan proses persepsi.
Di dalam pesikologi, proses sensasi dan persepsi
berbeda. Sensasi adalah penerimaan stimulus melalui alat indra, sedangkan
persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada dalam otak. Proses pengindraan
akan berlangsung setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui
alat indra, yaitu mata sebagai alat penglihatan, telinga sebagai alat
pendengaran, hidung sebagai alat pembauan, lidah sebagai alat pencecap, kulit
sebagai alat peraba, semuanya merupakan alat indra yang di gunakan untuk
menerima stimulus dari luar individu. Alat indra merupakan alat penghubung
antara individu dengan dunia luarnya (Branca, 1964; Woodworth dan Marquis,
1957). Dengan demikian dapat di kemukakan bahwa persepsi itu merupakan
pengorganisasian, penginterprestasian terghadap stimulus yang di indranya
seghingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated
dalam diri individu.
- Faktor-Faktor yang Berperan Dalam Presepsi
Dalam persepsi individu mengorganisasikan dan
menginterprestasikan stimulus yang diterimanya. Dengan demikian stimulus
merupakan salah satu factor yang berperan dalam persepsi. Ada beberapa factor
yang berkaitan dengan persepsi, yaitu:
- Objek yang Dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra
atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar maupun dari dalam individu yang
mempersepsi dan langsung mengenai syaraf penerima.
- Alat Indra, syaraf, dan Pusat Susunan Syaraf
Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima
stimulus. Di samping itu juga ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan
stimulus yang di terima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai
pusat kesdaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon, diperlukan syaraf
motoris.
- Perhatian
Merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh
aktivitas individu yang di tunjukan kepada sesuatu atau objek.
- Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi adalah dapat di jelaskan
sebagai berikut:
Objek menimbulkan stimulus dan setimulus mengenai alat indra atau
reseptor. Proses stimulus mengenai alat indra merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang
diterima alat indra di teruskan oleh syaraf sesoris ke otak, di sebut proses fisiologis. Kemudian terjadinya
proses di otak sebagai pusat kesdaran di sebut proses pesikologis. Ini merupakan proses terakhir dari persepsi
dimana manusia menyadari tentang apa yang dilihat, diraba, dll.
Dalam proses persepsi
pperlu adanya perhatian perhatian sebagai langkakah persepsi itu. Stimulus mana
yang akan dipersepsi atau mendapatkan respon di individu tergantung pada
peerhatian individu yang bersangkutan. Perhatikan sekema berikut:
st
st st
st
= stimulus (factor luar)
respon fi = factor inter (factor dalam, termasuk perhatian)
sp
= struktur pribadi individu
fi
fi fi
fi
Keterangan : individu mebnerima bermacam-macam stimulus yang dating
dari lingkungan. Tetapi tidak semua stimulus akan di perhatikan/diberikan
respon.
Hubungan antara stimulus dengan respon bersifat
mekanistis, stimulus atau lingkunagn akan dangat berperan dalam menentukan
respon atau perilaku organisme. Pandangan yang demikian di sebut pandangan behavioristik(mementingkan peranan
lingkungan terhadap perilaku). Berbeda dengan pandangan kognitif yang memandang
berperannya organisme dalam menentukan perilaku atau responnya.
- Oraganisasi Persepsi
Organisasi dalam persepsi, mengikuti beberapa prinsip,
yaitu :
- Wujud dan latar, objek-objek yang kita amati di sekitar kita selalu muncul sebagai wujud (figure) sedangkan dengan hal-hal alinnya sebagai latar (ground).
Contoh: jika kita mendengar lagu, suara penyanyi tampil sebagai
wujud dan iringan lagu sebagai latar.
- Pola pengelompokan, menurut hal-hal tertentu cenderung bagaimana cara kita mengelompokan menurut persepsi kita.
Karena adanya organisasi persepsi di atas dan karena
manusia selalu belajar dari pengalaman, maka lambat laun tersusunlah pola
pengamatan yang menetap pada diri kita masing-masing.
Ada beberapa pola pengamatan yang menetap:
1.
Ketetapan warna; sesuatu yang
hitam akan tetap hitam, baik di bawah sinar terang maupun tempat gelap.
2.
Ketetapan bentuk; sebuah pintu
akan tetap di amati sebagai benda berbentuk empat persegi panjang, sekalipun
kadang-kadang dari sudut pandang tertentu tampak berbentuk jajar
genjang/trapesium.
3.
Ketetapan ukuran; pohon
setinggi dua meter kalau di lihat dari jauh tampak sangat kecil, tetapi kita
tetap mempersepsikannya sebagai benda yang tinggi dan besar.
4.
Ketetapan letak; dalam
kendaraan yang berjalan kita melihat pohon-pohon dan tiang listrik di tempatnya
masing-masing, tidak bergerak.
Perbedaan persepsi dapat di sebabkan oleh hal-hal di
bawah ini:
1.
Perhatian; biasanya kita tidak
menangkap seluruh rangsasngan yang ada di sekitar kita, tetapi kita memfokuskan
perhatian kita kepada satu atau dua
objek saja.
2.
Set; adalah harapan seseorang
tentang rangsangan yang akan timbul.
3.
Kebutuhan; kebutuhan-kebutuhan
sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang mempengaruhi persepsi orang
tersebut.
- Objek Persepsi
Objek yang dapat dipersepsi adalah segala sesuatu yang
ada di sekitar manusia dan sekaligus manusia sendiri. Orang yang menjadikan
dirinya sebagai objek persepsi di sebut self
perception.
Pengklasifikasian persepsi:
1.
Berobjek Manusia
Disebut person
percepatan (personal perception)
2.
Berobjek Non Manusia
Disebut social
perception (thing perception)
Perbedaan objek manusia dan non manusia, jika keduanya
di jadikan objek persepsi, yaitu:
1.
Jika manusia di jadikan sebagai
objek persepsi maka objek tersebut memilki aspek yang sama dengan yang sama
mempersepsi (perceptor)
2.
Orang yang di persepsi bisa
mempengaruhi sang perseptor, hal ini tidak terjadi jika yang di jadikan sebagai
objek adalah non manusia.
3.
Jika objek resepsi adalah
manusia maka dia memiliki kemampuan-kemampuan perasaan dan aspek lainnya
seperti reseptor, dan tidak terlalu untuk non manusia.
Persamaan objek manusia dan non manusia yang di
jadikan sebagai objek:
Manusia dan non manusia (benda-benda dll) di pandang sebagai objek
benda yang terikat pada tempat dan waktu.
- Konsistensi Dalam Persepsi
Pengalaman akan berperan bagi reseptor. Persepsi
merupakan hal yang “intergrted” sebagaimana yang di kemukakan oleh Werthermer bahwa: persepsi itu tidak hanya di tentukan oleh stimulus (ransangan ) secara
objektif, tetapi juga di pengaruhi oleh keadaan diri sang perseptor.
Sehingga aktivitas di dalam diri seseorang akan menghasilkan hasil persepsi
tersebut.
Macam-macam konsistensi:
1.
Konsistensi bentuk
Pengalaman memberikan perhatian bahwa uang logam
berbentuk bulat. Hal itu adalah sebuah hasil persepsi, yaitu uang logam selalu
berbentuk bulat, dan disimpan di dalam ingatan seseorang.
Seharusnya jika orang melihat uang logam dalam posisi
miring, maka uang logam tersebut tentu tidak terlihat bulat. Tetapi karena
hasil persepsi bahwa uang logam bulat, maka orang akan mengatakan tetap
berbentuk bulat. Dapat disimpulkan bahwa persepsi tidak ditentukan semata-mata
ditentukan oleh stimulus (ransangan) secara objektif semata, tetapi individu
yang bertindak sebagai reseptor juga ikut aktif dalam hasil persepsi.
2.
Konsistensi warna
Pengalaman mengatakan bahwa warna dari susu murni
adalah putih. Walaupun ketika seseorang dijamu minuman susu yang penerangannya
remang-remang berwarna merah sehingga sehingga susu tersebut menjadi kelihatan
agak merah, tetapi dalam persepsi susu tersebut, orang yang dijamu akan
mengatakan bahwa susu itu putih. Inilah yang disebut konsistensi warna.
3.
Konsistensi ukuran (size)
Pengalaman berkata bahwa induk gajah (gajah dewasa
berukuran besar), lebih besar daripada seekor harimau.apabila gajah dewasa
dilihat dari jarak yang sangat jauh maka gajah tersebut terlihat kecil.
Sekalipun demikian dari hati (persepsi orang bahwa gajah berukuran besar )
orang akan selalu berpendapat demikian. Inilah yang disebut dengan konsistensi
ukuran.
Kesimpulan:
Baik dalam konsistensi warna, bentuk maupun ukuran
sesorang dalam mepersepsi suatu objek tidak hanya belandaskan stimulus
(rangsangan) secara objektif semata. Namun keadaan diri seorang perseptor juga
ikut menentukan hasil persepsi.
- Perhatian
Perhatian merupakan syarat pesikologis dalam individu
mengadakan persepsi, yang merupakan langkah persiapan, yaitu adanya kesediaan
individu untuk mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau
konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang di tunjukan dalam suatu objek
atau sekumpulan objek. Perhatian merupakan penyeleksian terhadap stimulus.
Makin di perhatikan suatu objek akan semakin disadari objek itu dan semakin
jelas bagi individu. Jadi apa yang diperhatikan betul-betul disadari dan ada
dalam pusat kesadaran.
Perhatian mempunyai fungsi memilih dan mengarahkan
rangsang-rangsang agar rangsang-rangsang yang sampai kepada kita tidak kita
terima secara kacau.
Factor-faktor yang mempengaruhi perhatian:
1.
Faktor dari luar
Yang termasuk factor dari luar adalah factor-faktor
yang terdapat dalam ovjek yang di amati itu sendiri. Yaitu intensitas atau
ukuran, kontras, pengulangan dan gerakan.
2.
Factor dari dalam
Yang termasuk dalam factor dalam adalah factor-faktor
yang berasal dari dalam individu si pengamat, yaitu motif, kesediaan dan
harapan.
Ditinjau dari segi timbulnya perhatian, perhatian
dapat di bedakan atas perhatian spontan dan perhatian tidak spontan.
1.
Perhatian spontan; perhatian
yang timbul dengan sendirinya, timbul dengan minat individu.
2.
Perhatian tidak sepontan;
perhatian yang di timbulkan secara sengaja, karena itu harus ada kemauan untuk
menimbulkannya.
Dilihat dari
banyaknya objek yang dapat di cangkup oleh perhatian pada suatu waktu, perhatian dapat di bedakan,
perhatian sempit dan perhatian luas.
1.
Perhatian sempit; perhatian
individu dalam suatu waktu hanya dapat memeprhatikan sedikit objek.
2.
Perhatian yang luas; perhatian
individu dalam suatu waktu dapat memperhatikan banyak objek sekaligus.
Perhatian juga di bedakan atas perhatian terpusat dan
perhatian yang terbagi-bagi.
1.
Perhatian terpusat; individu
pada suatu waktu hanya dapat memusatkan perhatiannya pada suatu objek.
2.
Perhatian yang ter bagi-bagi;
individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak hal atau objek.
Dilihat dari fluktuasi perhatian, maka perhatian dapat
dibedakan, perhatian yang statis dan perhatian yang dinamis.
1.
Perhatian yang statis; individu
dalam waktu tertentu dapat dengan statis atau tetap perhatiannya tertuju pada
obkek terterntu.
2.
Perhatian dinamis; individu
dapat memindahkan perhatiannya secara lincahdari satu objek ke objek yang lain.
- Stimulus
Agar stimulus dapat disadari oleh individu, stimulus
harus cukup kuat. Apabila stimulus tidak cukup kuat bagaimanapun besarnya
perhatian dari individu, stimulus tidak akan dapat dipersepsi atau di sadari
oleh individuyang bersangkutan.batas minimal kekuatan stimulus yang dapat
menimbulkan kesadaran pada individu, di sebut ambang absolute sebelah bawah
atau juga di sebut ambang stimulus, yaitu kekuatan stimulus minimal yang dapat
di sadari oleh individu.
1.
Ambang stimulus
Metode untuk menentukan ambang stimulus pada umumnya
digunakan “method of limits” sebagai
salah satu metode psikofisik. Suara menyuguhkan stimulus dengan cara menaik
(increase) dan secara menurun (descrease) secara bergantian untuk menghindari
terjadinya kesalahan karena factor kebiasaan.
2.
Ambang perbedaan
Yang di maksud dengan ambang perbedaan ialah kemampuan
individu dalam membebaskan stimulus yang satu dengan stimulus yang lain yang
berbeda kekuatannya.
Proses terjadinya stimulus:
penalaran
Rangsangan persepsi tanggapan
Perasaan
- Hukum Werber-fecher
Metode psikofisik adalah suatu metode yang dikemukakan
oleh Fechner. Sebelumnya oleh Werber. Namun Fechner lebih di kenal karena
bukunya yang berjudul “elements of psychophysics”. Werber dan universitas
Lepzing merasa tertarik dan mengadakan experimen-experimen dalam hubungan
kinestetik (muscular sensation), yaitu sampai seberapa tepat orang dapat
membedakan perbedaan-perbedaan dari bermacam-macam stimulus. Dari hasil
experimennya, Werber membuat formulasi yang terkenal dengan hukum Werber, yaitu
“di dalam memperbandingkan dua objek,perbedaan itu dapat diamati bila tambahan
stimulus telah mencapai perbandingan yang tertentu dengan setandarnya”. Secara
sistematis hukum Werber dinyatakan dalam bentuk rumus:
dR = C (constant)
R
R = reiz (standart stimulus)
dR = tambahan stimulus terhadap R supaya menimbulkan perbedaan yang
dapat di amati.
Hukum Werber disempurnakan oleh Fechner. Fechner
meletakan dua prinsip lagi untuk menyempurnakannya:
1.
Pengamatan yang kompleks
merupakan kumpulan dari beberapa pengamatan yang lebih kecil (sederhana).
2.
Adanya asumsi kesamaan jus
noticeable differeances dalam pengamatan makanya ada alat untuk mengukur
perubahan pengamatan.
Pendapat Fechner : bila stimulus bertambah dengan
suatu perbandingan yang tetap, maka pengamatan yang ditimbulkan bertambah
dengan tambahan yang sama.
Karena individu mengadakan seleksi terhadap stimulus
yang mengenainya, maka problem pesikologik yang timbul adalah yang bagaimana
yang lebih menguntungkan untuk dapat
menarik individu untuk mengamati yang dikemukakan sebagaiberikut:
1.
Intensitas atau kekuatan
stimulus
Kekuatan stimulus akan menentukan disadari atau
tidaknya stimulus itu. Stimulus kuat lebih untung. Namun ketika stimulus
monoton, sudah kurang menguntungkan. Maka harus ada perubahan.
2.
Ukuran stimulus besar lebih
untung
3.
Perubahan stimulus
Ketika stimulus monoton tidak menguntungkan maka maka
perlu perubahan untuk lebih menarik perhatian.
4.
Ulangan dari stimulus
5.
Pertentangan/kontra dari
stimulus
Lebih menarik karena berbeda dari keadaan umumnya.
Penting dalam dunia perdagangan, pendidikan. Kadang orang bingung membedakan
antara stimulus dan latar belakang yang disebut osilasic (berayunnya
perhatian).
- Faktor Individu
Stimulus merupakan faktor external, internalnya faktor
individu. Keadaan individu dalam suatu waktu ditentukan oleh:
1.
Sifat structural dari individu
(sifat dalam keadaan permanen)
2.
Sifat temporer dari individu
(keadaan individu suatu waktu)
3.
Aktivitas yang berjalan pada
individu
- Persepsi Melalui Indera Penglihatan
Mata merupakan salah satu bagian individu untuk
mempersepsikan sesuatu. Mata menerima stimulus dan dilangsungkan oleh saraf
sensorik ke otak, hingga akhirnya individu dapat menyadari apa yang di
lihatnya. Reseptor yang sebenarnya terletak pada retina. Di dalam retina
didapati adanya basiles (rods) dan cones, yang masing-masing mempunyai
fungsi sendiri-sendiri. Basiles atau rods berfungsi untuk membedakan gelap
terangnya yang dilihat, sedangkan cones berfungsi membedakan warna yang
dilihatnya.
1.
Warna elementer dan warna
primer
Di dalam kehidupan sehari-hari seorang individu
dikelilingi dengan berbagai macam warna yang mempunya sifat masing-masing dan
khas; masing-masing warna merupakan warna elementer. Sekalipun suatu warna itu
merupakan campuran dari berbagai macam warna.
Di antara warna-warna elementer terdapat warna-warna
yang menyolok sekali, dan ini merupakan warna primer atau warna pokok. Warna
yang merupakan warna pokok belum disepakati. Menurut Hering yang kemudian
dikenal dengan teori hering, terdapat enam warna pokok, yaitu warna merah,
hijau, kuning, biru, putih dan hitam (Collins dna Drever, 1952).dari warna ini
menjadi tiga pasang warna yaitu pasangan merah-hijau, biru-kuning, dan putih
hitam (Collins dan Drever, 1952; Harriman, 1958). Warna-warna lain merupakan campuran
warna pokok tersebut.
Sedang Young berpendapat lain. Menurut Young, retina
mempunyai kemampuan untuk mengadakan 3 macam warna pokok, yaitu merah, hijau
dan biru (Harriman, 1958). Yang kemudian diperkuat oleh Helmholtz.
2.
Buta warna.
Terkadang di jumpai individu yang tidak dapat
membedakan warna satu dengan yang lainnya (buta warna). Hal ini bukanlah sebuah
penyakit, tetapi merupakan suatu kelainan yang disebabkan karena di dalam
retina tidak terdapat atau kurang sempurna cones-conesnya, dan buta warna tak
dapat di sembuhkan.
Dalam buta warna terdapat 2 golongan, yaitu buta warna
total dan buta warna partial.
a)Buta warna
total
Orang yang mengalami buta warna seperti ini sama
sekali tidak dapat membedakan warna-warna yang dilihatnya, semuanya hanya
kelabu. Ini di sebabkan pada retinanya tak terdapat cones, yang ada hanya
basiles saja.sehingga hanya dapat membedakan terang dan gelap.
b)
Buta warna partial
Orang yang buta warna sebagian ialah orang yang tidak
dapat membedakan warna-warna tertentu saja. Buta warna sebagian dapat di
bedakan, yaitu:
1)
Buta warna merah-hijau
Orang yang mengalami buta wrna ini ialah orang yang
tidak dapat membedakan kedua warna ini, kedua macam warna tersebut merupakan
warna-warna yang sukar di bedakan.
Menurut V. kries buta warna macam ini masih di
bedakan:
a.
Deuteranopia (geen blindness), dalam hal
ini individu tak dapat membedakan warna hijau dan kelabu.
b.Protonopia (red blindness), dalam hal ini individu tak dapat membedakan warna
merah dan coklat.
2)
Buta warna biru-kuning
Orang yang buta warna jenis ini ialah orang yang tidak
dapat membedakan macam warna biru dan kuning.
Untuk dapat mengetahui apakah seseorang itu buta warna
atau tidak, dapat menggunakan tes. Di antaranya dapat menggunakan:
a)
Holmgren’s wool test. Tes ini
menggunakan pasangan-pasangan wol yang bermaam-macam warnanya. Masing-masing
warna selalu dalam bentuik berpasangan. Orang yang dites diperintahkan
membedakan warna atau diperintahkan mencari pasangan.
b)
Jensen test. Tes dengan menggunakan
gambar dengan latar belakang (background) yang warnanya berbeda satu dengan
yang lainnya.
c)
Spectral analisis. Mengetes dengan
menggunakan spectrometer.
- Persepsi Melalui Indera Pendengaran
Telinga berfungsi sebagai indera pendengar untuk
mengetahui sesuatu yang ada di sekitarnya. Telinga dapat dibagi atas beberapa
bagian yang masing-masingnya mempunyai tugas dan fungsi sendiri-sendiri, yaitu:
1.
Telinga bagian luar, yaitu
merupakan bagian yang menerima stimulus dari luar.
2.
Telinga bagian tengah, yaitu merupakan
bagian yang meneruskan stimulus yang di terima oleh telinga bagian luar (transformer).
3.
Telinga bagian dalam, yaitu
merupakan reseptor yang sensitif yang merupakan saraf-saraf penerima.
Stimulus berwujud bunyi yang merupakan getaran udara
atau getaran medium lain. Sebagai responnya, orang dapat mendengarnya. Bunyi
dapat dibedakan atas:
1.
Nada, yaitu bunyi yang
getarannya telah di atur
Nada dapat di bedakan dalam:
a)
Keras tidaknya nada, hal ini
bergantung kepada amplitudedari getaran.
b)
Tinggi rendahnya nada’ hal ini
bergantung kepada frekuensi getaran.
c)
Timbre dari nada, hal ini
bergantung pada kombinasi dari bermacam-macam frekueensi.
Tiap-tiap nada merupakan nada yang tunggal (single) yang mempunyai
sifat-sifat sendiri.
2.
Desah, yaitu bunyi yang
getarannya belum di atur
Selain sebagai indera pendengar, telinga juga sebagai
alat untuk keseimbangan.indera keseimbangan terdapat dalam telinga sebelah
dalam, berkedudukan dalam vestibule
dan semi-circular conals. Dalam
vestibule dan semi-circular terdapat rambut-rmbut sel serta otolithen, dan dalam saluran terdapat
zat-zat cair. Jika tubuh (terutama kepala) dalam keadaan condong misalnya, maka
rambut-rambut sel mendapatkan tekanan dari otolithen, yang kemudian di
sampaikan ke otak. Karenanya sebelum orang jatuh, orang sudah dapat mengubah
posisinya terlebih dahulu.
- Persepsi Melalui Indera Penciuman
Manusia mencium bau dari hidung. Sel-sel penerima
terdapat dalam hidung sebelah dalam. Setimulus berupa benda-benda yang bersifat
khemis atau gas yang dapat menguap, dan mengenai alat-alat penerima yang ada
dalam hidung, kemudian di teruskan syaraf sensorik ke otak, dan sebagai respon
dari stimulus , orang dapat menyadari apa yang diciumnya.
Menurut Henning terdapat 6 bau pokok:
1.
Fruity (e.g.lemon)
2.
Resinous (e.g.violets)
3.
Flowery (e.g. violets)
4.
Spicy (e.g. nutmeg)
5.
Burning (e.g. tar)
6.
Putrid (e.g. decaying matter)
Setiap individu mempunyai sensitivitas yang
berbeda-beda mengenai penciuman bau. Maka dari itu pada umumnya orang
menggunakan tes khusus untuk bau. Dan kadang kala hidung telah membiasakan diri
terhadap suatu bau (adaptasi).
- Persepsi Melalui Indera Pencecap
Indera pencecap terdapat di lidah. Stimulus merupakan
benda cair yang mengenai ujung sel penerima yang terdapat pada lidah, yang
kemudian di langsungkan oleh syaraf sensorik ke otak, hingga akhirnya orang
dapat menyadari atau empresepsi tentang apa yag dicecap itu.
Terdapat empat macam rasa pokok:
1.
Pahit
2.
Manis
3.
Asin
4.
Asam
Dari masing-masing rasa ini mempunyai daerah penerima rasa
sendiri-sendiri pada lidah.
- Persepsi Melalui Indera Kulit
Indera ini dapat merasakan rasa sakit, rabaan,
tekanan, dan temperature. Tetapi tidak semua bagian dari kulit dapat menerima
rasa-rasa ini. Dalam hal ini tekanan/rabaan, stimulusnya langsung mengenai
bagian kulit bagian rabaan atau tekanan. Stimulus ini akan menimbulkan
kesadaran yang lunak, keras, halus, dan kasar.
Stimulus yang menimbulkan rasa sakit dapat bersifat khemis maupun elektical dan sebangsanya, yang intinya stimulus itu cukup kuat
menimbulkan kerusakan pada kulit, dan hal ini menimbulkan rasa sakit.
Dengan menggunakan alat indera orang dapat menyadari/mengamati
sesuatu yang mengenai alat inderanya. Namun demikian , adanya kejadian bahwa
individu dapat menyadari/mengamati sesuatu tanpa melalui alat indera. Hal ini
di sebut sinestesis , missal, orang
mendenar sesuatu, stimulus itu dapat menimbulkan suatu kesadaran soal warna.
Sebenarnya kesdaran soal warna dalam keadaan wajar adalah melalui penglihatan.
Hal ini telah di selidiki oleh Claparede. Demikian pula yang didapatkan oleh
Revec adanya anak apabila melihat angka 1 dapat menimbulkan kesadaran tentang
warna putih.
- Illusi
Dalam memberikan interprestasi, terkadang individu
mengalami kesalahan. Hal ini di sebut dengan ilusi. Ilusi bukanlah suatu kelainan dalam kehidupan kejiwaan
seseorang. Hal ini berlainan dengan halusinasi, yang merupakan kelainan dalam
kejiwan seseorang.pada halusinasi individu merasa mengalami suatu persepsi,
sekalipun individu yang bersangkutan tidak dikenai suatu stimulus.
Terdapat beberapa factor yang menyebabkan ilusi,
yaitu:
1.
Factor ke-alaman
Ilusi terjadi karena factor alam, misalnya ilusi echo (gema), ilusi
kaca.
2.
Factor stimulus
a)
Stimulus mempunyai arti lebih
dari satu (berwayuh arti) dapat menimbulkan ilusi. Misalnya gambar yang
ambiguous, yang mempunyai arti yang lebih bari satu.
b)
Stistimulus yang tidak
dianalisis lebih lanjut, yang memberikan impresi secara total. Misalnya
Miller-Lyer alusi, Poggendorf ilusi. Ini yang sering disebut ilusi geometric.
3.
Factor individu
Ini disebabkan karena adanya kebiasaan dan dapat juga
karena adanya kesiapan pesikologis (mental set) dari individu.
Contoh macam ilusi:
A B.ilusi
Hering
Keterangan :
A.
Kelihatan garis yang melintangi
dua garis sejajar meruakan garis bengkok,senyatanya garis-garis tersebut
merupakan garis yang sejajar.
B.
Pada ilusi ini, terlihat
seakan-akan pada tangah-tengah garis yang sejajar mengembung. Padahal
kenyataannya garis-garis tersebut merupakan garis yang lurus.
DAFTAR
PUSTAKA
No comments:
Post a Comment