Wednesday 23 May 2012

PERSEPTION


PERSEPSI

PENDAHULUAN

Sensasi (sensation) berasal dari kata latin “sensatus” yang berarti di anugrahi dengan indera atau intelek. Secara lebih luas sensasi dapat diartikan sebagai aspek kesadaran yang paling sederhana yang dihasilkan oleh indera kita. Sebuah sensasi dipandang sebagai sebuah kandungan atau objek kesadaran puncak yang privat dan sepontan.
Bennyamin B. Wolman (1973, dalam rakhmat, 1994) menyebut sensasi sebagai “pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera”.
Sensasi sering dibedakan dari persepsi yang melibatkan penilaian, inferensi, interprestasi, blas, atau prakonseptualisasi, sehingga bisa salah; sensasi dipandang sebagai pasti, ditentukan secara mendasar, fakta kasar. Menurut beberapa pendapat sensasi lebih berkonotasi pada sebuah hubungan dengan perasaan (tetapi bukan dengan emosi), sedangkan persepsi lebih berhubungan dengan kognisi. Sensasi sering di gunakan dalam sinonim dengan kesan inderawi, sensasi datum, sensum, dan sensibilitum.
Jadi proses sensasi dan presepsi itu berbeda. Dalam ungkapan lain di sebutkan, “sensasi ialah penerimaan stimulus lewat alat indera, sedangkan persepsi adalah penafsiran stimulus yang telah ada di dalam otak”. (Mahmud, 1990:41). Meskipun alat untuk menerima stimulus itu serupa pada setiap individu, interprestasinya berbeda.
Untuk membedakan yang dimaksud sensasi dan persepsi secara lebih jelas, kita bisa membandingkan potret sebuah pemandangan dengan lukisan pemandangan. Potret itu berupa pemandangan, sebagaimana yang di terima alat indera. Sedangkan lukisan pemandangan bergantung pada interprestasinya pelukis. Dengan perkataan lain, mata “menerima”, sedangkan pikiran memperspsi.
  1. Pengertian Persepsi

Persepsi Merupakan suatu proses yang di dahului oleh pengindraan yang merupakan proses di terimanya stimulus oleh individu melalui alat indra atau juga di sebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi.
Di dalam pesikologi, proses sensasi dan persepsi berbeda. Sensasi adalah penerimaan stimulus melalui alat indra, sedangkan persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada dalam otak. Proses pengindraan akan berlangsung setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat indra, yaitu mata sebagai alat penglihatan, telinga sebagai alat pendengaran, hidung sebagai alat pembauan, lidah sebagai alat pencecap, kulit sebagai alat peraba, semuanya merupakan alat indra yang di gunakan untuk menerima stimulus dari luar individu. Alat indra merupakan alat penghubung antara individu dengan dunia luarnya (Branca, 1964; Woodworth dan Marquis, 1957). Dengan demikian dapat di kemukakan bahwa persepsi itu merupakan pengorganisasian, penginterprestasian terghadap stimulus yang di indranya seghingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu.

  1. Faktor-Faktor yang Berperan Dalam Presepsi

Dalam persepsi individu mengorganisasikan dan menginterprestasikan stimulus yang diterimanya. Dengan demikian stimulus merupakan salah satu factor yang berperan dalam persepsi. Ada beberapa factor yang berkaitan dengan persepsi, yaitu:
    1. Objek yang Dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar maupun dari dalam individu yang mempersepsi dan langsung mengenai syaraf penerima.
    1. Alat Indra, syaraf, dan Pusat Susunan Syaraf
Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang di terima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesdaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon, diperlukan syaraf motoris.
    1. Perhatian
Merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang di tunjukan kepada sesuatu atau objek.



  1. Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi adalah dapat di jelaskan sebagai berikut:
Objek menimbulkan stimulus dan setimulus mengenai alat indra atau reseptor. Proses stimulus mengenai alat indra merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima alat indra di teruskan oleh syaraf sesoris ke otak, di sebut proses fisiologis. Kemudian terjadinya proses di otak sebagai pusat kesdaran di sebut proses pesikologis. Ini merupakan proses terakhir dari persepsi dimana manusia menyadari tentang apa yang dilihat, diraba, dll.
Dalam proses persepsi pperlu adanya perhatian perhatian sebagai langkakah persepsi itu. Stimulus mana yang akan dipersepsi atau mendapatkan respon di individu tergantung pada peerhatian individu yang bersangkutan. Perhatikan sekema berikut:
         st    
st                  st
Oval: Sp                                             st = stimulus (factor luar)
                      respon             fi = factor inter (factor dalam, termasuk perhatian)
                                             sp = struktur pribadi individu

fi
         fi    fi       fi

Keterangan : individu mebnerima bermacam-macam stimulus yang dating dari lingkungan. Tetapi tidak semua stimulus akan di perhatikan/diberikan respon.

Hubungan antara stimulus dengan respon bersifat mekanistis, stimulus atau lingkunagn akan dangat berperan dalam menentukan respon atau perilaku organisme. Pandangan yang demikian di sebut pandangan behavioristik(mementingkan peranan lingkungan terhadap perilaku). Berbeda dengan pandangan kognitif yang memandang berperannya organisme dalam menentukan perilaku atau responnya.

  1. Oraganisasi Persepsi

Organisasi dalam persepsi, mengikuti beberapa prinsip, yaitu :
    1. Wujud dan latar, objek-objek yang kita amati di sekitar kita selalu muncul sebagai wujud (figure) sedangkan dengan hal-hal alinnya sebagai latar (ground).
Contoh: jika kita mendengar lagu, suara penyanyi tampil sebagai wujud dan iringan lagu sebagai latar.
    1. Pola pengelompokan, menurut hal-hal tertentu cenderung bagaimana cara kita mengelompokan menurut persepsi kita.
Karena adanya organisasi persepsi di atas dan karena manusia selalu belajar dari pengalaman, maka lambat laun tersusunlah pola pengamatan yang menetap pada diri kita masing-masing.


Ada beberapa pola pengamatan yang menetap:
1.      Ketetapan warna; sesuatu yang hitam akan tetap hitam, baik di bawah sinar terang maupun tempat gelap.
2.      Ketetapan bentuk; sebuah pintu akan tetap di amati sebagai benda berbentuk empat persegi panjang, sekalipun kadang-kadang dari sudut pandang tertentu tampak berbentuk jajar genjang/trapesium.
3.      Ketetapan ukuran; pohon setinggi dua meter kalau di lihat dari jauh tampak sangat kecil, tetapi kita tetap mempersepsikannya sebagai benda yang tinggi dan besar.
4.      Ketetapan letak; dalam kendaraan yang berjalan kita melihat pohon-pohon dan tiang listrik di tempatnya masing-masing, tidak bergerak.

Perbedaan persepsi dapat di sebabkan oleh hal-hal di bawah ini:
1.      Perhatian; biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsasngan yang ada di sekitar kita, tetapi kita memfokuskan perhatian kita kepada satu  atau dua objek saja.
2.      Set; adalah harapan seseorang tentang rangsangan yang akan timbul.
3.      Kebutuhan; kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang mempengaruhi persepsi orang tersebut.

  1. Objek Persepsi

Objek yang dapat dipersepsi adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan sekaligus manusia sendiri. Orang yang menjadikan dirinya sebagai objek persepsi di sebut self perception.
Pengklasifikasian persepsi:
1.      Berobjek Manusia
Disebut person percepatan (personal perception)
2.      Berobjek Non Manusia
Disebut social perception (thing perception)
Perbedaan objek manusia dan non manusia, jika keduanya di jadikan objek persepsi, yaitu:
1.      Jika manusia di jadikan sebagai objek persepsi maka objek tersebut memilki aspek yang sama dengan yang sama mempersepsi (perceptor)
2.      Orang yang di persepsi bisa mempengaruhi sang perseptor, hal ini tidak terjadi jika yang di jadikan sebagai objek adalah non manusia.
3.      Jika objek resepsi adalah manusia maka dia memiliki kemampuan-kemampuan perasaan dan aspek lainnya seperti reseptor, dan tidak terlalu untuk non manusia.
Persamaan objek manusia dan non manusia yang di jadikan sebagai objek:
Manusia dan non manusia (benda-benda dll) di pandang sebagai objek benda yang terikat pada tempat dan waktu.


  1. Konsistensi Dalam Persepsi

Pengalaman akan berperan bagi reseptor. Persepsi merupakan hal yang “intergrted” sebagaimana yang di kemukakan  oleh Werthermer bahwa: persepsi itu tidak hanya di tentukan oleh stimulus (ransangan ) secara objektif, tetapi juga di pengaruhi oleh keadaan diri sang perseptor. Sehingga aktivitas di dalam diri seseorang akan menghasilkan hasil persepsi tersebut.
Macam-macam konsistensi:
1.      Konsistensi bentuk
Pengalaman memberikan perhatian bahwa uang logam berbentuk bulat. Hal itu adalah sebuah hasil persepsi, yaitu uang logam selalu berbentuk bulat, dan disimpan di dalam ingatan seseorang.
Seharusnya jika orang melihat uang logam dalam posisi miring, maka uang logam tersebut tentu tidak terlihat bulat. Tetapi karena hasil persepsi bahwa uang logam bulat, maka orang akan mengatakan tetap berbentuk bulat. Dapat disimpulkan bahwa persepsi tidak ditentukan semata-mata ditentukan oleh stimulus (ransangan) secara objektif semata, tetapi individu yang bertindak sebagai reseptor juga ikut aktif dalam hasil persepsi. 

2.      Konsistensi warna
Pengalaman mengatakan bahwa warna dari susu murni adalah putih. Walaupun ketika seseorang dijamu minuman susu yang penerangannya remang-remang berwarna merah sehingga sehingga susu tersebut menjadi kelihatan agak merah, tetapi dalam persepsi susu tersebut, orang yang dijamu akan mengatakan bahwa susu itu putih. Inilah yang disebut konsistensi warna.

3.      Konsistensi ukuran (size)
Pengalaman berkata bahwa induk gajah (gajah dewasa berukuran besar), lebih besar daripada seekor harimau.apabila gajah dewasa dilihat dari jarak yang sangat jauh maka gajah tersebut terlihat kecil. Sekalipun demikian dari hati (persepsi orang bahwa gajah berukuran besar ) orang akan selalu berpendapat demikian. Inilah yang disebut dengan konsistensi ukuran.

Kesimpulan:
Baik dalam konsistensi warna, bentuk maupun ukuran sesorang dalam mepersepsi suatu objek tidak hanya belandaskan stimulus (rangsangan) secara objektif semata. Namun keadaan diri seorang perseptor juga ikut menentukan hasil persepsi.






  1. Perhatian

Perhatian merupakan syarat pesikologis dalam individu mengadakan persepsi, yang merupakan langkah persiapan, yaitu adanya kesediaan individu untuk mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang di tunjukan dalam suatu objek atau sekumpulan objek. Perhatian merupakan penyeleksian terhadap stimulus. Makin di perhatikan suatu objek akan semakin disadari objek itu dan semakin jelas bagi individu. Jadi apa yang diperhatikan betul-betul disadari dan ada dalam pusat kesadaran.
Perhatian mempunyai fungsi memilih dan mengarahkan rangsang-rangsang agar rangsang-rangsang yang sampai kepada kita tidak kita terima secara kacau.
Factor-faktor yang mempengaruhi perhatian:
1.      Faktor dari luar
Yang termasuk factor dari luar adalah factor-faktor yang terdapat dalam ovjek yang di amati itu sendiri. Yaitu intensitas atau ukuran, kontras, pengulangan dan gerakan.
2.      Factor dari dalam
Yang termasuk dalam factor dalam adalah factor-faktor yang berasal dari dalam individu si pengamat, yaitu motif, kesediaan dan harapan.
Ditinjau dari segi timbulnya perhatian, perhatian dapat di bedakan atas perhatian spontan dan perhatian tidak spontan.
1.      Perhatian spontan; perhatian yang timbul dengan sendirinya, timbul dengan minat individu.
2.      Perhatian tidak sepontan; perhatian yang di timbulkan secara sengaja, karena itu harus ada kemauan untuk menimbulkannya.
  Dilihat dari banyaknya objek yang dapat di cangkup oleh perhatian  pada suatu waktu, perhatian dapat di bedakan, perhatian sempit dan perhatian luas.
1.      Perhatian sempit; perhatian individu dalam suatu waktu hanya dapat memeprhatikan sedikit objek.
2.      Perhatian yang luas; perhatian individu dalam suatu waktu dapat memperhatikan banyak objek sekaligus.
Perhatian juga di bedakan atas perhatian terpusat dan perhatian yang terbagi-bagi.
1.      Perhatian terpusat; individu pada suatu waktu hanya dapat memusatkan perhatiannya pada suatu objek.
2.      Perhatian yang ter bagi-bagi; individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak hal atau objek.
Dilihat dari fluktuasi perhatian, maka perhatian dapat dibedakan, perhatian yang statis dan perhatian yang dinamis.
1.      Perhatian yang statis; individu dalam waktu tertentu dapat dengan statis atau tetap perhatiannya tertuju pada obkek terterntu.
2.      Perhatian dinamis; individu dapat memindahkan perhatiannya secara lincahdari satu objek ke objek yang lain.


  1. Stimulus

Agar stimulus dapat disadari oleh individu, stimulus harus cukup kuat. Apabila stimulus tidak cukup kuat bagaimanapun besarnya perhatian dari individu, stimulus tidak akan dapat dipersepsi atau di sadari oleh individuyang bersangkutan.batas minimal kekuatan stimulus yang dapat menimbulkan kesadaran pada individu, di sebut ambang absolute sebelah bawah atau juga di sebut ambang stimulus, yaitu kekuatan stimulus minimal yang dapat di sadari oleh individu.

1.      Ambang stimulus
Metode untuk menentukan ambang stimulus pada umumnya digunakan “method of limits”  sebagai salah satu metode psikofisik. Suara menyuguhkan stimulus dengan cara menaik (increase) dan secara menurun (descrease) secara bergantian untuk menghindari terjadinya kesalahan karena factor kebiasaan.
2.      Ambang perbedaan
Yang di maksud dengan ambang perbedaan ialah kemampuan individu dalam membebaskan stimulus yang satu dengan stimulus yang lain yang berbeda kekuatannya.
Proses terjadinya stimulus:
                                            penalaran
Rangsangan         persepsi                     tanggapan
                                            Perasaan
  1. Hukum Werber-fecher

Metode psikofisik adalah suatu metode yang dikemukakan oleh Fechner. Sebelumnya oleh Werber. Namun Fechner lebih di kenal karena bukunya yang berjudul “elements of psychophysics”. Werber dan universitas Lepzing merasa tertarik dan mengadakan experimen-experimen dalam hubungan kinestetik (muscular sensation), yaitu sampai seberapa tepat orang dapat membedakan perbedaan-perbedaan dari bermacam-macam stimulus. Dari hasil experimennya, Werber membuat formulasi yang terkenal dengan hukum Werber, yaitu “di dalam memperbandingkan dua objek,perbedaan itu dapat diamati bila tambahan stimulus telah mencapai perbandingan yang tertentu dengan setandarnya”. Secara sistematis hukum Werber dinyatakan dalam bentuk rumus:

dR   = C (constant)
R

R   = reiz (standart stimulus)
dR = tambahan stimulus terhadap R supaya menimbulkan perbedaan yang dapat di amati.




Hukum Werber disempurnakan oleh Fechner. Fechner meletakan dua prinsip lagi untuk menyempurnakannya:
1.      Pengamatan yang kompleks merupakan kumpulan dari beberapa pengamatan yang lebih kecil (sederhana).
2.      Adanya asumsi kesamaan jus noticeable differeances dalam pengamatan makanya ada alat untuk mengukur perubahan pengamatan.
Pendapat Fechner : bila stimulus bertambah dengan suatu perbandingan yang tetap, maka pengamatan yang ditimbulkan bertambah dengan tambahan yang sama.
Karena individu mengadakan seleksi terhadap stimulus yang mengenainya, maka problem pesikologik yang timbul adalah yang bagaimana yang lebih menguntungkan  untuk dapat menarik individu untuk mengamati yang dikemukakan sebagaiberikut:
1.      Intensitas atau kekuatan stimulus
Kekuatan stimulus akan menentukan disadari atau tidaknya stimulus itu. Stimulus kuat lebih untung. Namun ketika stimulus monoton, sudah kurang menguntungkan. Maka harus ada perubahan.
2.      Ukuran stimulus besar lebih untung
3.      Perubahan  stimulus
Ketika stimulus monoton tidak menguntungkan maka maka perlu perubahan untuk lebih menarik perhatian.
4.      Ulangan dari stimulus
5.      Pertentangan/kontra dari stimulus
Lebih menarik karena berbeda dari keadaan umumnya. Penting dalam dunia perdagangan, pendidikan. Kadang orang bingung membedakan antara stimulus dan latar belakang yang disebut osilasic (berayunnya perhatian).

  1. Faktor Individu

Stimulus merupakan faktor external, internalnya faktor individu. Keadaan individu dalam suatu waktu ditentukan oleh:
1.      Sifat structural dari individu (sifat dalam keadaan permanen)
2.      Sifat temporer dari individu (keadaan individu suatu waktu)
3.      Aktivitas yang berjalan pada individu

  1. Persepsi Melalui Indera Penglihatan

Mata merupakan salah satu bagian individu untuk mempersepsikan sesuatu. Mata menerima stimulus dan dilangsungkan oleh saraf sensorik ke otak, hingga akhirnya individu dapat menyadari apa yang di lihatnya. Reseptor yang sebenarnya terletak pada retina. Di dalam retina didapati adanya basiles (rods) dan cones, yang masing-masing mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Basiles atau rods berfungsi untuk membedakan gelap terangnya yang dilihat, sedangkan cones berfungsi membedakan warna yang dilihatnya.

1.      Warna elementer dan warna primer
Di dalam kehidupan sehari-hari seorang individu dikelilingi dengan berbagai macam warna yang mempunya sifat masing-masing dan khas; masing-masing warna merupakan warna elementer. Sekalipun suatu warna itu merupakan campuran dari berbagai macam warna.
Di antara warna-warna elementer terdapat warna-warna yang menyolok sekali, dan ini merupakan warna primer atau warna pokok. Warna yang merupakan warna pokok belum disepakati. Menurut Hering yang kemudian dikenal dengan teori hering, terdapat enam warna pokok, yaitu warna merah, hijau, kuning, biru, putih dan hitam (Collins dna Drever, 1952).dari warna ini menjadi tiga pasang warna yaitu pasangan merah-hijau, biru-kuning, dan putih hitam (Collins dan Drever, 1952; Harriman, 1958). Warna-warna lain merupakan campuran warna pokok tersebut.
Sedang Young berpendapat lain. Menurut Young, retina mempunyai kemampuan untuk mengadakan 3 macam warna pokok, yaitu merah, hijau dan biru (Harriman, 1958). Yang kemudian diperkuat oleh Helmholtz.
2.      Buta warna.
Terkadang di jumpai individu yang tidak dapat membedakan warna satu dengan yang lainnya (buta warna). Hal ini bukanlah sebuah penyakit, tetapi merupakan suatu kelainan yang disebabkan karena di dalam retina tidak terdapat atau kurang sempurna cones-conesnya, dan buta warna tak dapat di sembuhkan.
Dalam buta warna terdapat 2 golongan, yaitu buta warna total dan buta warna partial.
a)Buta warna total
Orang yang mengalami buta warna seperti ini sama sekali tidak dapat membedakan warna-warna yang dilihatnya, semuanya hanya kelabu. Ini di sebabkan pada retinanya tak terdapat cones, yang ada hanya basiles saja.sehingga hanya dapat membedakan terang dan gelap.
b)      Buta warna partial
Orang yang buta warna sebagian ialah orang yang tidak dapat membedakan warna-warna tertentu saja. Buta warna sebagian dapat di bedakan, yaitu:
1)      Buta warna merah-hijau
Orang yang mengalami buta wrna ini ialah orang yang tidak dapat membedakan kedua warna ini, kedua macam warna tersebut merupakan warna-warna yang sukar di bedakan.
Menurut V. kries buta warna macam ini masih di bedakan:
a. Deuteranopia (geen blindness), dalam hal ini individu tak dapat membedakan warna hijau dan kelabu.
b.Protonopia (red blindness), dalam hal ini individu tak dapat membedakan warna merah dan coklat.
2)      Buta warna biru-kuning
Orang yang buta warna jenis ini ialah orang yang tidak dapat membedakan macam warna biru dan kuning.
Untuk dapat mengetahui apakah seseorang itu buta warna atau tidak, dapat menggunakan tes. Di antaranya dapat menggunakan:
a)      Holmgren’s wool test. Tes ini menggunakan pasangan-pasangan wol yang bermaam-macam warnanya. Masing-masing warna selalu dalam bentuik berpasangan. Orang yang dites diperintahkan membedakan warna atau diperintahkan mencari pasangan.
b)      Jensen test. Tes dengan menggunakan gambar dengan latar belakang (background) yang warnanya berbeda satu dengan yang lainnya.
c)      Spectral analisis. Mengetes dengan menggunakan spectrometer.

  1. Persepsi Melalui Indera Pendengaran

Telinga berfungsi sebagai indera pendengar untuk mengetahui sesuatu yang ada di sekitarnya. Telinga dapat dibagi atas beberapa bagian yang masing-masingnya mempunyai tugas dan fungsi sendiri-sendiri, yaitu:
1.      Telinga bagian luar, yaitu merupakan bagian yang menerima stimulus dari luar.
2.      Telinga bagian tengah, yaitu merupakan bagian yang meneruskan stimulus yang di terima oleh telinga bagian luar (transformer).
3.      Telinga bagian dalam, yaitu merupakan reseptor yang sensitif yang merupakan saraf-saraf penerima.
Stimulus berwujud bunyi yang merupakan getaran udara atau getaran medium lain. Sebagai responnya, orang dapat mendengarnya. Bunyi dapat dibedakan atas:
1.      Nada, yaitu bunyi yang getarannya telah di atur
Nada dapat di bedakan dalam:
a)      Keras tidaknya nada, hal ini bergantung kepada amplitudedari getaran.
b)      Tinggi rendahnya nada’ hal ini bergantung kepada frekuensi getaran.
c)      Timbre dari nada, hal ini bergantung pada kombinasi dari bermacam-macam frekueensi.
Tiap-tiap nada merupakan nada yang tunggal (single) yang mempunyai sifat-sifat sendiri.


2.      Desah, yaitu bunyi yang getarannya belum di atur
Selain sebagai indera pendengar, telinga juga sebagai alat untuk keseimbangan.indera keseimbangan terdapat dalam telinga sebelah dalam, berkedudukan dalam vestibule dan semi-circular conals. Dalam vestibule dan semi-circular terdapat rambut-rmbut sel serta otolithen, dan dalam saluran terdapat zat-zat cair. Jika tubuh (terutama kepala) dalam keadaan condong misalnya, maka rambut-rambut sel mendapatkan tekanan dari otolithen, yang kemudian di sampaikan ke otak. Karenanya sebelum orang jatuh, orang sudah dapat mengubah posisinya terlebih dahulu.

  1. Persepsi Melalui Indera Penciuman

Manusia mencium bau dari hidung. Sel-sel penerima terdapat dalam hidung sebelah dalam. Setimulus berupa benda-benda yang bersifat khemis atau gas yang dapat menguap, dan mengenai alat-alat penerima yang ada dalam hidung, kemudian di teruskan syaraf sensorik ke otak, dan sebagai respon dari stimulus , orang dapat menyadari apa yang diciumnya.
Menurut Henning terdapat 6 bau pokok:
1.      Fruity (e.g.lemon)
2.      Resinous (e.g.violets)
3.      Flowery (e.g. violets)
4.      Spicy (e.g. nutmeg)
5.      Burning (e.g. tar)
6.      Putrid (e.g. decaying matter)
Setiap individu mempunyai sensitivitas yang berbeda-beda mengenai penciuman bau. Maka dari itu pada umumnya orang menggunakan tes khusus untuk bau. Dan kadang kala hidung telah membiasakan diri terhadap suatu bau (adaptasi).

  1. Persepsi Melalui Indera Pencecap

Indera pencecap terdapat di lidah. Stimulus merupakan benda cair yang mengenai ujung sel penerima yang terdapat pada lidah, yang kemudian di langsungkan oleh syaraf sensorik ke otak, hingga akhirnya orang dapat menyadari atau empresepsi tentang apa yag dicecap itu.
Terdapat empat macam rasa pokok:
1.      Pahit
2.      Manis
3.      Asin
4.      Asam
Dari masing-masing rasa ini mempunyai daerah penerima rasa sendiri-sendiri pada lidah.





  1. Persepsi Melalui Indera Kulit

Indera ini dapat merasakan rasa sakit, rabaan, tekanan, dan temperature. Tetapi tidak semua bagian dari kulit dapat menerima rasa-rasa ini. Dalam hal ini tekanan/rabaan, stimulusnya langsung mengenai bagian kulit bagian rabaan atau tekanan. Stimulus ini akan menimbulkan kesadaran yang lunak, keras, halus, dan kasar.
Stimulus yang menimbulkan rasa sakit dapat bersifat khemis maupun elektical dan sebangsanya, yang intinya stimulus itu cukup kuat menimbulkan kerusakan pada kulit, dan hal ini menimbulkan rasa sakit.
Dengan menggunakan alat indera orang dapat menyadari/mengamati sesuatu yang mengenai alat inderanya. Namun demikian , adanya kejadian bahwa individu dapat menyadari/mengamati sesuatu tanpa melalui alat indera. Hal ini di sebut sinestesis , missal, orang mendenar sesuatu, stimulus itu dapat menimbulkan suatu kesadaran soal warna. Sebenarnya kesdaran soal warna dalam keadaan wajar adalah melalui penglihatan. Hal ini telah di selidiki oleh Claparede. Demikian pula yang didapatkan oleh Revec adanya anak apabila melihat angka 1 dapat menimbulkan kesadaran tentang warna putih.

  1. Illusi

Dalam memberikan interprestasi, terkadang individu mengalami kesalahan. Hal ini di sebut dengan ilusi. Ilusi bukanlah suatu kelainan dalam kehidupan kejiwaan seseorang. Hal ini berlainan dengan halusinasi, yang merupakan kelainan dalam kejiwan seseorang.pada halusinasi individu merasa mengalami suatu persepsi, sekalipun individu yang bersangkutan tidak dikenai suatu stimulus.
Terdapat beberapa factor yang menyebabkan ilusi, yaitu:
1.      Factor ke-alaman
Ilusi terjadi karena factor alam, misalnya ilusi echo (gema), ilusi kaca.
2.      Factor stimulus
a)      Stimulus mempunyai arti lebih dari satu (berwayuh arti) dapat menimbulkan ilusi. Misalnya gambar yang ambiguous, yang mempunyai arti yang lebih bari satu.
b)      Stistimulus yang tidak dianalisis lebih lanjut, yang memberikan impresi secara total. Misalnya Miller-Lyer alusi, Poggendorf ilusi. Ini yang sering disebut ilusi geometric.
3.      Factor individu
Ini disebabkan karena adanya kebiasaan dan dapat juga karena adanya kesiapan pesikologis (mental set) dari individu.


Contoh macam ilusi:

                           A                                                               B.ilusi Hering
Keterangan :
A.       Kelihatan garis yang melintangi dua garis sejajar meruakan garis bengkok,senyatanya garis-garis tersebut merupakan garis yang sejajar.
B.        Pada ilusi ini, terlihat seakan-akan pada tangah-tengah garis yang sejajar mengembung. Padahal kenyataannya garis-garis tersebut merupakan garis yang lurus.






























DAFTAR PUSTAKA

No comments: