Tuesday 29 May 2012

MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Manusia dalam mengarungi bahtera kehidupan ini  tidak lepas dari apa yang mendasari dan memprakarsainya dengan melakukan perencanaan serta penataan hidup berdasar orientasi yang jelas sebagai upaya untuk mencapai esensi dari sebuah kehidupan. karena pada hakekatnya, manusia diciptakan oleh Allah SWT dan hidup di dunia tidak lepas dari tugas dan tujuan. untuk memenuhi konsekuensi itu maka manusia membutuhkan suatu pegangan dan pedoman untuk mengetahui dengan jelas arah mana yang ingin dicapainya. Pegangan dan pedoman untuk mengetahui arah tersebut dinamakan dengan pandangan hidup. Dengan pandangan hidup yang jelas, manusia akan memiliki prinsip atau landasan tentang bagaimana ia memecahkan masalah-masalah baik yang sedang dihadapi maupun masalah orang lain, baik personal maupun kelompok masyarakat.
Ibarat sebuah kendaraan, pandangan hidup merupakan bagian yang sangat principal yaitu kemudi atau setir. Dengan adanya kemudi atau setir pengemudi dapat leluasa menjalankan roda kendaraan sesuai arah dan tujuan yang diinginkan. Namun demikian, dalam menempuh perjalanan pengemudi juga harus memperhatikan serta mentaati norma-norma dan nilai-nilai yang sudah ada seperti halnya mentaati peraturan lalu lintas. Begitu juga dengan pandangan hidup, kedudukan pandangan hidup dalam diri manusia adalah sebagai kemudi untuk menjalankan roda kehidupan sesuai arah dan tujuan yang ingin dicapainya dengan berlandaskan tatanan norma-norma dan nilai-nilai yang belaku dalam kehidupan. Dengan adanya pandangan hidup manusia mampu mengorganisir arah hidupnya sesuai dengan apa yang dicita-citakan.
B.     Rumusan masaah
Dalam penulisan makalah yang berjudul “manusia dan pandangan hidup”, penulis memberikan rumusan masalah sebagai berikut:
1. apakah pengertian pandangan hidup dan dari manakah sumber-sumbernya?
2. apakah komponen-komponen dari pandangan hidup?
3. bagaimanakah yang dimaksud dengan manusia dan pandangan hidup?
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian dan Sumber Pandangan Hidup
Setiap manusia pasti mempunyai pandangan hidup karena pada dasarnya pandangan hidup bersifat kodrati. Dengan adanya pandangan hidup, manusia dalam menjalani hidup akan fokus dan tidak bingung menentukan arah. Untuk itu perlu dijelaskan arti dari pandangan hidup. Pandangan hidup artinya gagasan atau pertimbangan yang menjadi pedoman, pegangan, arahan, petunjuk untuk hidup. Gagasan itu merupakan hasil perenungan manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Dengan demikian pandangan hidup itu bukanlah suatu produk (hasil berfikir) yang instan, melainkan membutuhkan proses waktu yang panjang. Sehingga gagasan itu dapat diterima oleh akal manusia dan dapat diakui kebenarannya. Atas dasar itu manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai pedoman, pegangan, arahan, petunjuk yang disebut pandangan hidup. Pandangan hidup cenderung diikat oleh nilai-nilai sehingga berfungsi sebagai pelengkap nilai-nilai dalam pembenaran atau rasionalisasi nilai-nilai.[1]
Pandangan hidup berbeda dengan ideologi. menurut William j. goode dalam bukunya vocabulary  for sociologi (1959) ideologi mengandung dua hal, yaitu: 1) unsur-unsur filsafat yang digunakan, atau usulan-usulan yang digunakan sebagai dasar untuk kegiatan. 2) pembenaran intelektual untuk seperangkat norma-norma.[2]
Ideologi merupakan komponen dasar dari system budaya. Suatu ideologi masyarakat tersusun dari pandangan hidup, nilai-nilai dan norma. Jadi dapat dikatakan bahwa pandangan hidup merupakan bagian dari ideologi. Ideologi lebih luas dari pandangan hidup. Ideologi tidak digunakan untuk hubungan individu tetapi untuk hal hal yang lebih luas seperti ideologi Negara, masyarakat atau kelompok tertentu.[3]
Pandangan hidup bermacam-macam sumbernya, namun dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1.      Pandangan hidup yang bersumber dari agama yaitu pandangan hidup yang mempunyai kebenaran mutlak.
2.      Pandangan hidup yang bersumber dari ideologi merupakan abstraksi dari nilai-nilai budaya suatu Negara tau bangsa. Misalnya, ideologi pancasila dapat menjadi sumber pandangan hidup.
3.      Pandangan hidup yang bersumber dari perenungan seseorang sehingga dapat merupakan ajaran atau etika untuk hidup. Misalnya aliran kepercayaan.

B.     Unsur-Unsur Pandangan Hidup
Pandangan hidup terdiri dari atas cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup.[4] Untuk lebih jelasnya akan di bahas sebagai berikut:
1.    Cita-cita
          Cita-cita adalah sesuatu yang terkandung  dalam hati seseorang baik angan-angan, keingina, harapan, maupun tujuan yang akan diperoleh di massa mendatang. Manusia memiliki cita-cita dan diberikan ruang untuk memperoleh suatu yang diinginkanya akan tetapi Allah yang menentukan.  Agar cita-citanya terkabul, manusia harus mendekatkan diri kepada Allah serta berusaha dengan totalitas.  Hal  ini berdasarkan QS. Al-Anfaal: 53 “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga kaum itu merubah nasibnya sendiri.”
          Bila cita-cita belum tercapai akibat terpenuhinya persyaratan maka cita-cita itu  disebut harapan.[5] Sebagai contoh, ada seorang guru yang bercita-cita lulus dalam kualifikasi pendidik. Secara pedagogik, professional, dan sosial sudah memadai. Namun secara kepribadian belum mencapai persyaratan sehingga cita-citanya untuk lulus dalam kualifikasi pendidik masih dalam harapan.
          Namun demikian cita-cita yang bertaruh harapan masih merupakan unsur pandangan hidup, karena masih memberi kemungkinan ada keberhasilan dan ini mendorong manusia untuk tetap berusaha mengatasi kegagalan yang dialami. Seperti seorang guru di atas, apabila ia sudah memenuhi uji kompetensi secara kepribadian , dengan ridha Allah ia akan berhasil dalam meraih cita-citanya. Jadi harapan mampu membangkitkan kreativitas menuju keberhasilan cita-cita. Dalam hal ini manusia hanya berusaha tetapi Allahlah yang menentukan.[6]

2.    Kebajikan
          Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama atau etika[7]. Kebajikan merupakan sesuatu yang dapat mendatangkan keselamatan, keuntungan, kemakmuran, keselarasan, kebahagiaan, dan kesejahteraan. Manusia berbuat kebaikan, karena sesuai dengan kodratnya manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah atau suci. Dengan kesucian hatinya mendorong manusia mendorong untuk berbuat baik.
          Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga sudut pandang yaitu, manusia sebagai pribadi, manusia sebagai anggota masyarakat, dan manusia sebagai makhluk Tuhan.
          Manusia sebagai pribadi dapat menentukan sesuatu yang baik atau buruk, karena manusia dibekali hati untuk menentukan itu. Hal itu berdasarkan pertimbangan uara hati manusia. Pada dasarnya suara hati menunjukkan manusia kepada sesuatu yang baik, namun terkadang manusia mengingkarinya.
          Demikian pula dengan suara hati masyarakat, yang menentukan baik buruknya tentang sesuatu adalah masyarakat itu sendiri. Karena belum tentu baik menurut pribadi, baik pula jika diterapkan pada masyarakat. Sebagai anggota dari masyarakat manusia tidak dapat bebas dari persoalan kemasyarakatan.
          Sebagai manusia sebagai makhluk tuhan, manusia harus mendengarkan serta menjalankan apa yang yang  menjadi perintah dan larangan-Nya.
          Jadi dapat dikatakan bahwa kebajikan adalah suatu perbuatan atau tindakan yang terpadu antara suara hati manusia, suara hati masyarakat dan hokum-hukum tuhan.
3.    Sikap hidup
          Sikap hidup adalah keadaan hati dalam menghadapi hidup ini. Apakah manusia bersikap optimis ataukah pesimis dalam menjalani kehidupan. Sikap ini ada di dalam seseorang dan orang lain tidak mengetahui kecuali sudah terwujud dalam sebuah tindakan. Setiap manusia memiliki sikap yang berbeda antara satu dengan lainya dan sikap ini dapat dibentuk oleh yang membentuknya dan berubah sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan  yang mepengaruhinya. 
          Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas berinteraksi dengan yang lainnya. Oleh karena perlu memperhatikan dan menentukan sikap yang positive. Sikap hidup dibagi menjadi dua, yaitu sikap etis dan non-etis. Sikap etis berisi sikap yang positive seperti sikap lincah, sikap tenang, sikap halus, sikap berani, sikap arif, sikap rendah hati, dan sifat bangga. Sedangkan sikap non-etis merupakan kebalikan dari sikap etis.
         
C.     Manusia Dan Pandangan Hidup
Pandangan hidup merupakan dasar atau landasan untuk membimbing kehidupan rohani dan jasmani baik dalam kapasitas personal, kelompok atau masyarakat, bahkan tinkat Negara sekalipun.  Semua perbuatan tingkah laku antara aturan-aturan bagi Negara dan undang-undang serta peraturan-peraturan harus merupakan cerminan dari sebuah pandangan hidup yang telah dirumuskan.
Manusia sebagian menyadari dan ada yang tidak menyadari ketika melaksanakan sesuatu yang bersifat individu maupun kelompok membutuhkan garis cita-cita dan tujuan akhir yang bernama pegangan, landasanatau dasar hidup sebagai pengarah dan pembimbing kea rah tujuan.[8] Seseorang menininkan hidup bahagia, maka untuk mencapai kebutuhan akan pegangan atau penuntun yang disebut dalam dunia pengetahuan adalah pandangan hidup.
Pandangan hidup dapat juga diartikan sebagai filsafat hidup, disesuaikan dengan arti filsafat yaitu cinta akan kebenaran. Tentu saja yang dimaksudkan kebenaran disini adalah kebenaran yang berlaku atau dapat diterima oleh siapa saja. Semua manusia mempunyai pandangan hidup baik perorangan maupun golongan. Penggolongan yang paling ringan adalah pandangan berdasar:
1). Beragama, beriman, 2) tidak beragama tetapi mengikuti ajaran satu atau lebih dari agama yang ada, 3) materealistik dan sekuler.
 Pandangan hidup dapat merupakan keseluruhan garis dan kecerendungan jalan-jalan dan nilai-nilai yang akan dicapai untuk landasan semua dimensi kehidupannya. Dari pandangan hidup terpancar perbuatan kata-kata atau tingkah laku, dan cita-cita, sikap, dorongan atau tujuan yang akan dicapai.[9]


BAB III
KESIMPULAN

Pandangan hidup adalah  gagasan atau pertimbangan yang menjadi pedoman, pegangan, arahan, petunjuk untuk hidup.  Gagasan itu dapat diterima oleh akal manusia dan dapat diakui kebenarannya sehingga , manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai pedoman, pegangan, arahan, petunjuk yang disebut pandangan hidup. Pandangan hidup cenderung diikat dengan nilai-nilai sehingga berfungsi sebagai pelengkap nilai-nilai dalam pembenaran atau rasionalisasi nilai.
Ideologi lebih luas dari pandangan hidup. Ideologi tidak digunakan untuk hubungan individu tetapi untuk hal hal yang lebih luas seperti ideologi Negara, masyarakat atau kelompok tertentu. Pandangan hidup bermacam-macam sumbernya, namun dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu: Pandangan hidup yang bersumber dari agama, ideologi, dan perenungan seseorang sehingga dapat merupakan ajaran atau etika untuk hidup.
Pandangan hidup terdiri dari atas cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Dengan  cita-cita manusia mempunyai kehendak untuk mewujudkan apa yang menjadi harapan dan tujuan hidup, Akan tetapi Allah yang menentukannya. Pandangan hidup sangat erat kaitannya dengan kebajikan. Karena pada esensinya pandangan hidup merupakan pembenaran dan rasionalisasi dari nilai. Untuk mewujudkan sebuah pandangan hidup  harus dilandasi dengan sikap hidup yang positif.
Manusia menyadari dalam menjalani membutuhkan dasar atau landasan untuk membimbing kehidupan rohani dan jasmani baik dalam kapasitas personal, kelompok atau masyarakat, bahkan tinkat Negara sekalipun. Maka dari itu manusia tidak lepas dari pandangan hidup dalam mengarungi kehidupan.

DAFTAR  PUSTAKA

Tri Prasetya, Joko, dkk, Ilmu Budaya Dasar MKDU, Jakarta: Rineka Cipta, 1991
Notowidgo, Rohiman,  Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-Quran Dan Hadist, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000



[1] Joko Tri Prasetya, dkk, Ilmu Budaya Dasar MKDU, (Rineka Cipta,Jakarta, 1991) hlm, 168.
[2] Rohiman Notowidgo, ilmu budaya dasar berdasarkan al-quran dan hadist, (PT Raja Grafindo Persada,Jakarta,2000), hlm 154 
[3] Ibid…. hlm. 152.
[4]  Joko Tri Prasetya dkk, op.cit, hlm. 173.
[5] Rohiman Notowidgo, op.cit, hlm 156.
[6] Ibid….hlm 156.
[7] Ibid…hlm, 176
[8] Ibid… hlm 182.
[9] Ibid…. hlm 184.

No comments: